50: Monster

326 35 2
                                    

"Gak bisa lebih pelan jalannya?" tanya Ria pada supir di depannya. Lukanya makin terasa sakit. 

"Jalannya berlubang, Nona. Kita sudah dekat dari lokasi," jelas si supir dan Ria tidak memberi tanggapan lain. 

Baru di sini saja mobilnya mengalami sedikit guncangan karena jalanannya sangat rusak. Sepanjang perjalanan tadi tidak terasa sama sekali getarannya, memang ada harga ada kualitas. Tak salah Ria membeli mobil ini jika kualitasnya seperti itu. 

Mobil berhenti di depan bangunan usang yang tak terurus di samping beberapa mobil yang berjejer. Ia mengenali salah satu mobilnya. Ria menghubungi orang tersebut. "Mobil yang baru datang. Sini," pinta Ria pada orang tersebut dan terlihat dia menghampiri Ria dengan terburu. Pintu mobil di samping kanannya langsung terbuka menampilkan seorang lelaki yang sangat dirindukannya belakangan ini. 

Ekspresi penuh kelegaan tergambar jelas di wajah tampannya. Tanpa banyak bicara, ia langsung membawa Ria ke dalam dekapannya. "Finally, I found you*," ucapnya dengan terharu bercampur bahagia. (Akhirnya, aku menemukanmu).

"I'm here, in your warm arms*." Perkataan tersebut membuat keduanya terkekeh bersamaan. (Aku di sini, di pelukanmu yang hangat).

"Berita yang beredar waktu itu beneran kamu?" tanya Tian begitu menyadari Ria menggunakan pakaian rumah sakit dengan tiang infus yang berada di sampingnya. 

Ria menjawab dengan senyuman. Ia juga tidak tahu berita apa yang dimaksud Tian. Iya, Christian Hartanto yang tadi dihubunginya untuk menemaninya menemui beberapa orang di dalam sana. 

"Kamu beneran gak masalah menemani aku ke dalam?" Ria menanyakan kembali kesediaan Tian untuk menemaninya. 

"I'm fine. Terima kasih sudah menghubungi aku. Ternyata kamu masih butuh aku," kata Tian dengan senyum terharu. 

"I need you, Yan." 

Fikri menginterupsi percakapan keduanya dengan suara kursi roda yang diturunkan dari bagasi. Ia sudah standby di belakang tubuh Tian. Tian memindahkan Ria pada kursi roda tersebut dan mengambil alih untuk mengantar Ria ke dalam. 

Mario mengikutinya tepat di belakang tubuh Tian bersama beberapa pengawal pribadi Tian. Ruangan tersebut dipenuhi orang-orang bertubuh besar yang entah  mereka preman setempat atau pengawal pribadi. Debu yang sangat tebal menyambut kedatangan mereka dan membuat yang lainnya terutama Ria terbatuk dengan sangat hebat. 

Fikri memakaikan sang nona masker yang sengaja dibawanya kemanapun ia pergi. Seharusnya sang nona tidak boleh datang ke tempat seperti ini karena lukanya masih basah. Dikhawatirkan akan terjadi infeksi karena terkena kontaminasi. Tapi, siapa yang bisa melarang sang nona? Bahkan Wira pun seringkali kalah atau mengalah terhadap gadis tersebut. 

Mereka tiba di gedung bagian belakang yang tidak ada pencahayaan sama sekali. Semakin ke dalam semakin pengap dan membuat fobia Ria perlahan muncul. Ia memegang tangan Tian dengan kencang dan dibalas dengan jari Tian yang mengelus tangannya menjalarkan sedikit rasa aman. 

"Ayo, Ria. Lo bisa melalui ini semua. Ini hanya sebentar," ucap Ria dalam hati menyemangati dirinya sendiri. 

Mereka masuk ke dalam ruangan yang tidak ada penjagaan ketat di dalamnya. Terlihat beberapa orang tergeletak di lantai. Bau anyir memenuhi ruangan tersebut dan membuat sebagian orang mengernyitkan hidung mereka. Beberapa dari tahanan Wira bangkit untuk melihat siapa gerangan yang datang mengunjungi mereka. 

"Periksa mereka semua. Yang sudah meninggal segera disemayamkan dengan layak," perintah Ria pada pengawal yang berada di belakangnya. 

Satu per satu jenazah diangkat keluar. Keadaan mereka sangat mengenaskan dengan luka lebam di seluruh tubuh. Darah mengering memenuhi wajah mereka. Napas Ria menjadi tersengal. Wira tidak berubah, menghukum dengan lebih kejam. 

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang