46: Guest Star

297 38 2
                                    

"Acaranya mulai jam berapa, sih?" tanya Ria dalam perjalanan menuju lapangan tempat panggung didirikan. 

"Jam 8 malam, Kak. Biar gak ganggu waktu ibadah," jawab Reynal yang berdiri di samping Ria. Mereka memutuskan untuk menuju lokasi acara diadakan karena Reynal harus standby di sana.

Acara tersebut adalah closing ceremony masa pengenalan kampus mahasiswa baru dan akan ditutup oleh hiburan berupa konser yang tidak begitu megah. Konser ini dibarengi dengan penggalangan dana untuk aksi sosial yang akan dilakukan beberapa bulan ke depan. 

Mahasiswa kampus ini terkenal dengan kaum borjuisnya. Maka dari itu panitia tidak tanggung-tanggung mensetting acara penutupan mereka bersamaan dengan galang dana untuk mendapatkan hasil yang sangat besar. Ria sendiri tidak mengetahui dana tersebut untuk kegiatan sosial apa dan ia juga malas bertanya. 

Ria dan Reynal bergandengan tangan melintasi tengah lapangan yang sangat luas. Di depan panggung tersedia kursi yang disediakan untuk tamu undangan atau para dosen yang akan ikut pada sesi penggalangan dana. Kabarnya akan ada guest star yang di luar dugaan akan hadir dalam acara tersebut. 

Ria dan Reynal tentu saja menjadi pusat perhatian. Tinggi Ria yang hanya sebahu Reynal membuatnya terlihat jauh lebih muda dan sering dikira salah satu mahasiswi baru yang beruntung bisa bersanding dengan Reynal. 

Baru kali ini rasanya Ria menikmati suasana di tempat umum dan menjadi pusat perhatian. Ia merasa aman dan nyaman karena adiknya benar-benar menjaganya. Beruntung Reynal bukan sosok ramah. Ia tidak harus merasakan langkah kakinya terinterupsi untuk bertegur sapa dengan temannya Rey, karena memang tidak ada. Entahlah persona apa yang dibangun Rey di kampus. 

"Kamu nanti selesai tampil bisa duduk di samping aku, gak?" Ria memastikan sepanjang acara nanti ia tidak sendirian, meskipun selalu ada Anton dan yang lainnya. Tetap saja, Ria masih menjaga jarak dan tidak menganggap mereka teman. 

Reynal memegang tangan kanan Ria yang tersampir di lengannya dan menjawab, "Iya. Aku balik ke samping Kakak." Menenangkan sekali. 

Angin petang berhembus perlahan membelai surai Ria dan Reynal yang tidak memiliki kesamaan dalam ekspresi genetiknya. Rambut Ria hitam legam dan lurus, sementara Reynal ikal kecoklatan. Wajah mereka juga tidak mirip kecuali kesamaan di warna iris mata mereka yang menurun dari sang papah. Tak heran jika banyak yang mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih dan membuat kecemburuan yang luar biasa pada para penggemar Reynal. 

Selesai berkeliling yang ternyata menghabiskan waktu cukup lama, mereka kembali ke depan panggung tadi dan Reynal memilih kursi yang tidak begitu jauh dari depan panggung. Kursi tersebut memang disediakan oleh panitia untuk keluarga ataupun pasangan dari pengisi acara. 

Para mahasiswa yang menjadi peserta dalam acara ini sudah diatur untuk menduduki kursi tribun penonton yang memiliki kapasitas hingga 3000. Acara akan dimulai karena lampu di sekitar mulai redup dan hanya terang pada bagian panggung. Terdapat layar untuk memperbesar tampilan pengisi acara di atas panggung seperti konser pada umumnya. 

Pembawa acara membuka acara dan disambut dengan meriah dari tribun. Luar biasa suara dari tribun semakin menambah suasana meriah di malam hari ini. Satu per satu sambutan disampaikan mulai dari rektor hingga para wakil rektor turut andil memberikan sambutan dan secara resmi menutup rangkaian kegiatan masa pengenalan kampus.  

Ria terhanyut dalam acara tersebut karena penampilan para pengisi acara yang sangat memukau. Layaknya artis profesional di bidangnya masing-masing, mereka memainkan peran di atas panggung dengan apik. Terbukti dari sorakan riuh para penonton dari tribun. Bahkan penampilan sang adik juga tak kalah kerennya. Reynal berperan sebagai drummer pada band rock metal yang ternyata sudah digelutinya sejak awal masuk kampus. 

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang