84: Rumor

207 20 0
                                    

Dua hari dihabiskan Tian untuk merenungi kesalahannya. Ia takut hal ini akan menjadi trauma untuk ke depannya. Ketika menghabiskan waktu di luar bersama Ria, selalu berujung dengan gadisnya dijemput paksa oleh keluarganya karena kekambuhan. 

Tian bingung. Apa salahnya? Mengapa terjadi di saat mereka menghabiskan waktu berdua? Padahal belum lama ini mereka pergi juga ke tempat umum, tapi dengan GMC lainnya. Apakah dirinya tidak diizinkan untuk pergi berdua saja dengan Ria? 

Tian benar-benar mengurung diri di kamar dan tenggelam dalam pikirannya. Jika sudah seperti ini, maka Tian akan kehilangan kontak lagi dengan Ria. Dapat dipastikan, mereka akan menjalani kehidupan masing-masing dalam waktu yang cukup lama. Tanpa memberi kabar, tanpa mengetahui kondisi dan lokasi masing-masing. 

GMC beserta Monokrom sudah menghubunginya terus dari kemarin. Ia tidak berminat untuk membuka ponsel dan melihat kabar terbaru yang menyebabkan agensi juga menghubunginya. Ia sedang kalut dan tidak ingin memperkeruh keadaan. 

Memejamkan mata dan menarik napas perlahan. "Gue harus bangkit! Semua akan terungkap pada waktunya nanti. Sekarang harus fokus dengan kehidupan di Jakarta yang sudah menanti. Gue harus kembali bekerja dan menganggap kejadian ini bukan kesalahan gue sepenuhnya," kata Tian dengan sungguh-sungguh. 

Benar. Kejadian Ria kambuh bukan salahnya. Ia tidak pernah diberitahu secara gamblang oleh Ria terkait hal-hal yang mampu membuatnya kambuh. Bukan salahnya juga yang berada di sana untuk menyaksikan kekambuhan Ria. Ia hanya perlu meyakinkan diri sendiri bahwa tidak perlu ada yang disesali. Ria sudah aman bersama keluarganya karena Reynal sendiri yang menjemput Ria kemarin. 

Mengambil ponsel dan menghubungi seseorang, "Pesankan tiket flight besok malam ke Jakarta. Cari yang nggak usah transit." Tian memutuskan untuk kembali ke Jakarta esok hari. Ia yakin terdapat kekacauan di sana karena ponselnya yang tiada henti panggilan masuk dari berbagai pihak. 

****

"Bodoh! Kenapa bisa tersebar berita seperti ini?" tanya Haris dengan amarah tertahan. 

"Lihat! Saham kita langsung anjlok! Jika terus dibiarkan, dapat mengguncang keadaan perusahaan," terang Haris yang mulai gusar. Ia terus memperhatikan pergerakan saham Monokrom semenjak berita tersebut beredar luas di media sosial. 

Haris berulang kali menyuruh Delfi untuk meminta Tian kembali ke ibukota, tapi hal tersebut tak dihiraukan oleh sang pembuat onar. Ketakutan yang selama ini membayanginya akhirnya terjadi. Cepatnya penyebaran informasi di era digital ini, tidak mampu dikendalikan lagi oleh agensi. 

Biasanya berita tentang kencan para GMC mampu mereka tepis dengan membayar pemilik portal berita besar yang selalu mengungkap berita artis berkencan. Lain halnya jika informasi tersebut disebarkan langsung oleh penggemar GMC sendiri. 

GMC mengunggah foto satu saja, dalam satu jam sudah menguasai trending di sosial media. Bagaimana berita seperti ini yang disertai bukti dokumentasi yang jelas? Kurang dari satu jam, jagat dunia maya langsung heboh. 

Pertama kalinya ada akun yang mengunggah konten berisi foto dan video Tian bersama seorang wanita. Meskipun mereka mengenakan masker dan identitas sang wanita belum diketahui hingga sekarang, tetap saja sosok Christian sangat mudah dikenali meskipun menggunakan masker. 

Lain halnya jika foto mereka hanya berjalan berdampingan, foto yang beredar adalah Tian dan gadisnya yang bergandeng tangan, Tian yang memangku kepala gadisnya ketika tertidur di kursi pinggir jalan, Tian yang menatap gadisnya dengan binar penuh cinta. Dan foto tersebut didukung dengan video mereka yang tengah memesan minuman di bar pinggir jalan Vegas. 

Hal tersebut tidak bisa disangkal lagi oleh agensi, bahwa Tian berkencan dengan seorang wanita. Haris selaku CEO Monokrom tidak menyangka juga bahwa berita tersebut dapat mempengaruhi harga saham Monokrom sendiri. Ia pusing, sungguh. Risiko memiliki agensi besar dengan menjual sosok artis pada khalayak umum seperti ini. Warganet seolah tidak peduli yang namanya kemanusiaan, ketika sang artis memilih pendamping hidupnya, tak jarang mereka banyak yang tidak terima dengan keputusan tersebut. 

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang