105: Penggelapan Dana

216 33 5
                                    

"Apa kabar Tuan Putri gadungan?" tanya seseorang mengusik ketenangan Ria yang sedang duduk di taman. 

"Udah selesai peran Tuan Putrinya? Tuan Putri sudah jatuh miskin?" tanya orang tersebut lagi dengan nada mengejek. 

"Atau selama ini, Tuan Putri hanya halusinasi? Selama ini dia hanya berlagak kaya raya agar mendapat tempat di sisi GMC? Wah, bagus juga triknya untuk masuk ke dalam lingkup pertemanan mereka." Perkataan wanita tersebut semakin abstrak. Ria tidak mengerti, sumpah. 

"Kok nggak jawab sih, Tuan Putri? Eh, atau Nona?" 

"Oh, gue paham. Karena Sang Nona jatuh miskin maka dia mulai menekan Sang Tuan dan memastikan posisinya aman. Sehingga Sang Tuan selalu merasa bersalah karena ingin mencari yang lebih baik dari Sang Nona yang hanya bisa memanfaatkan Sang Tuan." Perkataan tersebut tak mendapatkan tanggapan dari Ria. Ia masih setia memandang ke arah pepohonan di depannya. 

"Selain pura-pura jadi kaya, lo ternyata bisu juga, ya!" hardik Lita dengan suara kerasnya. 

"Udah berkicaunya? Gue kasih tahu, ya. Langit nggak perlu mengatakan bahwa dirinya tinggi." Cukup satu kalimat untuk menanggapi semua ocehan Lita barusan. 

Lita tertegun dibuatnya. Perkataan tersebut sempat membuatnya yakin bahwa Ria definisi langit yang disampaikan. 

"Wah, Nona mulai halusinasi, ya?"

Ria bangkit dan bersiap untuk meninggalkan wanita tersebut. Omongannya tidak ada yang masuk akal. 

"Tunggu! Gue belum selesai bicara," cegat Lita. 

"Gue nggak mau dengar omong kosong lo!" 

"Lo nipu gue selama ini! Lo bukan Nona Ana si investor terbesar di perusahaan Papa gue," kata Lita dengan cepat karena Ria yang terus menarik tangannya. 

"Hah? Gimana sih maksud lo?" 

"Iya! Ngaku aja deh kalo lo tuh halu! Nggak kesampean jadi orang kaya, ya? Makanya ngaku-ngaku dan mengancam gue dengan kekuasaan yang hanya ada di dalam otak lo," tuduh Lita semakin gencar menyampaikan kekesalannya. 

"Wait, wait. Mari gue luruskan. Yang lo maksud gue bukan Nona Ana tuh gimana? Ada kejadian apa yang membuat lo menyimpulkan seperti itu?" tanya Ria perlahan. Ia masih tidak mengerti maksud dari perkataan Lita. 

"Beberapa bulan yang lalu ketika Bokap gue minta ketemu dengan Nona Ana untuk ekspansi bisnisnya, bukan lo yang datang. Ketika ketemu di restoran tempo lalu juga bukan lo yang ada di hadapan gue dan orang tua gue." 

Ria mengerjapkan matanya. "Disetujui nggak ekspansinya? Dikasih uang berapa sama orang yang mengaku Nona Ana?" 

"Buat apa gue menyampaikan ke lo? Mau mengarang cerita dengan besaran uang tersebut?" tanya Lita mendengus. 

Ria mendecak keras. "Cepat bilang!" 

"50 M." Ria membelalakan mata. 

"Gue tidak akan mundur mendekati Tian sampai berhasil. Bahkan gue akan bilang pada GMC lainnya kalo lo selama ini menipu mereka!" Ria sudah tidak fokus mendengarkan perkataan Lita lagi. Ia masih terkejut mendengar informasi tersebut. Kapan dirinya menyetujui untuk melakukan ekspansi bisnis dari uangnya sendiri? 

"Lo juga sekarang pengangguran, kan? Dipecat dari perusahaan karena memotong anggaran direksi untuk kepentingan pribadi. Bahkan lo dengan berbangga dirinya mau beli apartemen dari uang hasil korupsi tersebut," kata Lita lagi menyampaikan gosip terbaru. 

"Ya Tuhan, gosip apa lagi ini?" gumam Ria tak habis pikir. 

"Bukan gosip, tapi fakta! Sekarang semakin jelas bahwa lo kembali muncul lagi di hadapan Tian setelah berbulan-bulan pergi karena lo yang jatuh miskin atau kedoknya terbongkar bahwa lo yang tidak pernah kaya!"

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang