6: Fucking sounds

862 45 0
                                    

"Saya benci kamu."

"Kenapa lo harus mengingatkan gue dengan wanita gila itu?"

"Gue benci lo dek."

"Aku gak bisa dekat kakak, pasti akan mengingatkan ku sama dia."

"Lo atau gue yang pergi?"

"Tolong dedek bang. Bang jangan tinggalin dedek sendiri."

"Anak gak tahu diuntung."

Gangguan suara itu lagi. Kenapa rasanya masih sama? Sama-sama menyakitkan. Tuhan. Tolong Ria...

Gue berusaha menggapai setitik cahaya di tengah kegelapan yang menyelimuti. Suara-suara tersebut terus mengelilingi.

Apa dosa yang diperbuat Ria di masa lalu, Tuhan? Kenapa harus Ria yang mengalami ini?

Gue berhasil membuka mata dan melihat sekitar bahwa gue masih di rumah papah. Tidak terjadi apa pun.

Air mata tumpah mewakili perasaan gue saat ini. Sudah berlalu, sudah berlalu. Saatnya bangkit dan menyapa dunia baru. Tapi gue nggak bisa.

Memori masa lalu kembali muncul di kepala gue. Perasaan tak diinginkan, dibuang, dibenci dan lainnya yang sulit gue deskripsikan.

Aarrgghh. Nafas gue sakit. Leher gue tercekik. Dada gue sesak.

Tuhan... Ampuni Ria, Tuhan. Sudahi semua penderitaan ini Tuhan. Ria mohon.

Hanya bicara pada Tuhan yang dapat gue lakukan saat ini. Nggak tahu sampai kapan serangan ini muncul. Gue memilih memejamkan mata sambil terus meminta pertolongan pada Tuhan.

'Tenang Ria. Tenang. Tuhan sayang Ria. Ria anak baik. Ria tidak nakal'

Suara tersebut mendominasi di telinga gue saat ini di tengah ramainya suara yang hadir. Benar. Tuhan sayang Ria.

Gue bisa tenang dalam sekian waktu, tapi tak bisa melanjutkan tidur.

"Lebih baik kamu mati Ria."

"Saya tidak butuh anak sok pahlawan seperti kamu."

"Gue harap gak akan pernah lihat lo lagi di muka bumi ini."

"Kalau Adek mati, apakah akan menyelesaikan masalah?"

"Oke Adek pergi ya. Semoga kalian bahagia tanpa Adek."

Aaarrrgghhh. Berhenti. Suara sialan. Kenapa mereka terus-terusan muncul? Pergi!!!!

Gue menabrakkan tubuh ke dinding kamar. Suara-suara tadi tidak mau pergi. Mereka masih bermunculan di sekitar gue.

"Hahahahaha. Mau ngapain kamu Ria? Terus tabrakin dindingnya. Benar-benar manusia tak tahu diuntung."

Aahh. Kenapa gak mati-mati sihh. Udah gak ada rasa sedikit pun loh ini. Seperti menabrak kasur sendiri.

Oh. Coba yang lain. Kepala gue belum dicoba.

Dug. Dug. Dug.

Hmm. Lumayan berasa. Tapi suara tadi masih terdengar.

"Kurang kencang Ria. Dicoba lebih keras lagi!"

Benar juga. Coba lebih keras lagi.

Dugg. Dugg. Dugg. Dugg.

Gue capek. Gak ada hasil. Gak berasa apapun. Ngapain lagi ya?

"Saya menyesal melahirkan kamu."

"Anak yang tak diinginkan."

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang