42: Dipecat

346 39 1
                                    

Keluar dari klinik kecantikan dengan kepercayaan diri maksimal. Tiga jam waktu yang dihabiskannya di dua tempat tersebut. Ria dengan penampilan baru yang sangat fresh. Memang me time itu sangat dibutuhkan untuk mencharge energi sendiri. Ria memotong rambutnya sampai di bawah bahu yang sebelumnya sepanjang pinggang. Ia merasa sudah sangat panjang dan gerah jika sedang menggerai rambutnya. Ria terlihat jauh lebih muda dari usia seharusnya. Ia seperti mahasiswi tingkat satu. 

Ria mengenakan kaos putih dengan blazer krem dan celana bahan dengan warna senada. Sebenarnya ini pakaian untuk bekerja, tapi Ria sedang ingin menjadikannya pakaian casual. Kebetulan ini masih hari kerja, mungkin orang lain akan memaklumi jika melihat Ria. Ia berencana langsung menuju kampus Reynal sebelum langkah kakinya terhenti akibat teriakan seseorang yang memanggil namanya. "Ria!" Belum sempat dirinya mencerna situasi, seorang perempuan memeluknya dengan sangat kencang dan penuh antusias. Ria tidak bisa menolaknya karena pelukan tersebut datang dengan tiba-tiba. 

"Gue kangen banget sama lo, gila! Biasanya tiap hari ketemunya sama lo, dan setelah berbulan-bulan akhirnya ketemu juga," ujar gadis di hadapannya dengan berlebihan. 

"Lebay lo. Kayak gue yang pindah keluar negeri aja. Udah lepas ah, pengap gue, Vera!" Ria melepaskan dekapan Vera dengan susah payah. 

"Ish, gak asik lo. Karena kita sudah berjumpa di sini, ayok gue traktir sushi." Tanpa persetujuan, Vera menarik tangan Ria untuk dibawa ke restoran sushi terdekat. Ria hanya bisa pasrah. Kebetulan ia juga lapar. 

"Lo tau gak."

"Gak." Belum sempat Vera melanjutkan perkataannya, sudah ditanggapi secara spontan oleh Ria. 

Vera menepuk tangan Ria dengan gemas. "Dengar dulu! Gue belum selesai bicara." Ria hanya menanggapi dengan datar. Untung Vera sudah tahu sifat Ria sehingga ia tidak salah paham. 

"Bu Intan sekarang gantiin posisi lo. Dia jadi manajer di sayap depan. Tapi kepala project diambil alih sama Candra. Di luar perkiraan banget, sih. Terus ya, Bu Intan tuh kelakuannya benar-benar deh bikin sayap depan emosi tiap dipanggil ke ruangannya. Bikin geleng-geleng kepala dengan mood swingnya," ujar Vera dengan menggebu-gebu seolah baru sempat mengeluarkan segala kekesalannya selama ini. 

"Gue beneran didepak dari Intrafood? Kok gak ada pemberitahuan lebih lanjut ya, kalau sudah putus kontrak." Ria bingung sebenarnya. Katanya ia hanya sementara saja di pusat dan status kepegawaiannya di Intrafood masih tetap. Mengapa posisinya sudah diganti orang baru? Project IF nya juga dipindah tangankan begitu saja. 

"Eh, lo belum tahu? Lo udah resmi keluar ketika lo pindah ke pusat, Ri. Direktur sendiri yang mengumumkan. Makanya HR segera cari pengganti lo." Vera jadi tidak enak karena Ria terlihat tidak tahu dengan informasi ini. 

"Kurang ajar." Ria menggeram mengetahui fakta ia dikeluarkan begitu saja. Meskipun dipindahkan ke pusat yang mana menjadi impian setiap pegawai anak perusahaan, tetap saja ia masih mau turut andil dalam project IF. 

Makanan mereka tiba setelah keheningan terjadi akibat Ria yang mengalami perubahan suasana hati. Mereka makan dalam diam dan penuh kekhidmatan. Vera juga segan jika Ria sudah dalam mode ini. Bertahun-tahun kerja bersama Ria, ia tahu bagaimana memperlakukan Ria yang sedang kesal seperti ini. 

Makanan habis tidak sampai satu jam karena restoran penuh di jam makan siang seperti ini. Ria sudah mulai merasakan sesak dan meminta Vera untuk segera menyelesaikan ini semua. Ia butuh udara segar tanpa banyak orang. Sesuai janjinya, Vera yang membayar makanan mereka semua. Kebetulan hari ini gadis tersebut baru saja gajian. 

“Sorry ya, Ri. Lunch kita jadi gak asik karena resto ramai dan gue bikin lo kesal dengan mengangkat topik tersebut. Gue benar-benar minta maaf,” ucap Vera dengan sangat menyesal. 

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang