31: Expensive lunch

365 37 0
                                    

"Hallo, Ri. Aku di lobby, mau ajak kamu lunch," ujar Tian begitu tiba di lobby Intrafood dan masih berada di dalam mobil. 

"Siapa yang mau makan siang sama kamu?" tanya Ria dengan sinis. Ia masih marah dengan Tian akibat kejadian seminggu lalu di villa opung. 

"Kamu." 

"Gak mau. Pulang sana!" sentak Ria dan memutuskan sambungan begitu saja. 

Tian terkejut melihat respon Ria. Ia tak menyangka gadis tersebut masih sangat marah. Tian mencoba menghubungi Ria kembali. "Ria-" 

"Enggak." Sambungan kembali diputus. Ia tak kehabisan akal, ia mengirim pesan dan mencoba menelepon kembali. 

"Ayo, Ria. Nanti aku turun ke resepsionis nih dan minta panggilin kamu lewat mereka," ujar Tian dengan sedikit ancaman. 

"Coba aja. Paling besok beredar di berita, Christian Hartanto tertangkap kamera menghampiri seorang perempuan di Intrafood." 

Balasan Ria membuatnya kalah telak. Ia tak bisa bicara lebih jauh. "See? Kamu belum siap ketika publik mengetahui bahwa kamu menjalin hubungan dengan orang biasa?" tanya Ria skeptis. 

"Bukan begitu, Boo." 

"Oh iya, lupa. Kamu lebih terima jika berasal dari kalangan kalian!" 

"Kok-" Sambungan terputus setelah kalimat terakhir Ria terucap. Gadisnya masih marah dan semakin marah karena akhir-akhir ini kedekatannya dengan Lita semakin santer diperbincangkan publik. Entah siapa yang mulai menyebarkan gosip tersebut. Tian juga geram sekali, tapi ia terlalu malas dan tak punya waktu untuk mengurusinya. Ia salah, karena rumor tersebut makin membuat Ria marah. 

Ddrrttt. Ddrrttt. 

"Hallo," sapa Tian begitu telepon terangkat. 

"Kamu di mana? Kenapa lama sekali? Opung masih banyak yang harus diurus," ujar Hartanto dari sebrang sana dengan kesal. Ia sudah sampai di restoran 15 menit yang lalu tapi tak melihat keberadaan Tian di sini. 

"Aku masih di Intrafood, Opung. Ria gak mau ikut makan siang," balas Tian dengan nada melemah. Entah harus menggunakan cara apalagi untuk berbaikan dengannya. 

"Biar Opung yang telepon." Hartanto mengakhiri sambungan mereka. 

Ddrrtt. Ddrrttt. 

"Apaan lagi sih?" ujar Ria dengan sewot tanpa melihat siapa yang memanggil. 

"Apa yang apaan lagi? Memang begitu cara kamu menjawab panggilan, Ria?" omel Hartanto begitu panggilannya dijawab dengan tidak bersahabat. 

Ria terkejut begitu yang terdengar bukan suara Tian. "Hallo? Opah? Tumben banget telepon aku. Mencurigakan," balas Ria dengan curiga. 

"Memang tidak boleh saya menghubungi kamu?" 

"Kita bicara hanya ketika Opah nakal saja, ya! Gak usah merasa kita dekat dan normal-normal saja!" ujar Ria dengan sinis pada Hartanto. Mau dibuat seperti apapun, Ria sudah terlanjur berlaku kurang sopan pada Hartanto. 

"Makan siang dengan saya di Mensaw Seafood. Saya tunggu 30 menit dari sekarang tanpa ada penolakan! Atau saya acak-acak project yang sedang kamu rancang sekarang," titah Hartanto dengan ancaman di dalamnya. 

"Iya, iya. Aku pergi sekarang! Pokoknya kalau ada masalah di project aku, siap-siap aja Opah aku kulitin!" balas Ria dengan penuh emosi dan menggebrak meja dengan ponsel masih di tangannya. 

"Gimana caranya dia tahu kalau gue lagi bikin project baru? Sialan orang tua satu itu!" 

***

"Pacar kamu itu Anton atau aku sih, Ri?" tanya Tian begitu mereka sampai di private room Mensaw

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang