17: Kenalan dengan GMC

461 37 0
                                    

Pengambilan gambar untuk keperluan konten akhirnya dimulai. Mereka menjalani skenario sesuai yang sudah disepakati bersama oleh Candra dan Vera juga. Ria di sini sebenarnya hanya mengawasi jalannya proses shooting atau sebagai simbolis bahwa client memiliki hak untuk melihat proses pembuatan konten.

Tak berselang lama, Anton tiba di ruangan bersama office boy dan security yang diutus Tian untuk menjemput Anton di bawah. Terlihat mereka membawa plastik yang berisi minuman sesuai pesanan Ria, entah apa yang Anton beli untuk mereka dan tak lupa juga beberapa makanan ringan.

Ria melambaikan tangan bermaksud memberitahu Anton keberadaannya yang cukup gelap di samping kursi sutradara. Pencahayaan di sekitar kursi sutradara memang dibuat gelap agar visual dari layarnya terlihat dengan jelas.

"Mana yang sakit, Nona? Everything okay?" Tipikal Anton yang bertanya seperti itu jika dirinya meminta beli sesuatu terutama makanan dan obat dari apotek. Kebiasaan Ria jika Hartanto berulah pasti mengiriminya makanan, maka di benak Anton sekarang adalah seseorang telah berulah dan mengganggu Ria.

"Okay. Sepertinya luka aku terbuka lagi, aku mau bersihin dulu." Ria bangkit dan bermaksud untuk pindah ke tempat dengan pencahayaan lebih terang.

"Mas Faris, sorry aku harus pindah dulu sebentar ya." Ria pamit pada Faris dan dibalas anggukan darinya.

Ria berjalan menuju pantry yang tersedia di ruangan ini. Begitu melihat sosok Candra, ia berhenti sejenak dan Anton menyadari hal itu.

"Ada yang mau Nona katakan sama dia?" tanya Anton karena ia tahu Ria sulit untuk berkomunikasi dengan Candra saat ini. Anton mengerti bahwa penyebab Ria membelikan minuman adalah si Candra ini yang pasti sudah membuat nonanya tidak nyaman.

"Gak usah, aku aja," tolak Ria. Ia tak mau menyerah begitu saja.

Ria berjalan menghampiri Candra dan mengatakan, "Kamu tolong duduk di kursi samping Mas Sutradara. Aku ada yang mau diurus dulu di sini."

"Eh, iya Ri." Candra nampak canggung di hadapannya dan bergegas menuju tempat sutradara.

"Kenapa, Ri?" tanya Anton tanpa embel-embel Nona begitu Ria sudah duduk di kursi.

Ria menopang kepalanya dengan kedua tangan dan memejamkan mata, berusaha mengenyahkan ketakutannya. Cukup lama terdiam dalam posisi itu.

"Dia ngingetin aku sama Reno," balas Ria lirih. Anton sedikit tahu tentang hubungannya dengan Reno-kakak tertua Ria.

"Tarik napas, tahan sedikit, buang pelan-pelan dari mulut," tuntun Anton untuk menenangkan Ria, ia mendapat metode ini dari Ardi langsung.

"Tarik napas lagi, tahan sedikit, buang." Begitu terus sampai dirasa Ria berhasil menguasai dirinya. Self control Ria selama ini juga bermasalah jika memori traumatis di hidupnya seolah terulang kembali di hadapannya.

"Dengar kata-kata aku, dia bukan Reno. Dia bukan sumber kesakitan kamu. Mungkin dia hanya berbuat secara tidak sengaja dan tanpa sadar itu menyakiti diri kamu," ujar Anton dengan perlahan dan penuh kelembutan. Ria harus disadarkan bahwa tidak semua orang berniat dengan sengaja untuk menyakitinya.

"Apakah ada suara lain yang muncul?" Anton kembali bertanya, ia takut justru suaranya tak terdengar malah suara dari another side of Ria yang hadir.

"Aku dengar suara Anton." Balasan tersebut sangat membuat lega Anton, karena Ria tidak kambuh.

Kala itu ketika Ria masih sering masuk ke dalam kekambuhannya, sedikit saja kejadian yang membuat trauma dan kesakitannya muncul ia akan kambuh. Suara tersebut akan muncul dan mengalahkan sosok Ria Ananta. Beruntung Ria sudah di bawah pengawasan Ardi dan sedikit membuahkan hasil dari pengobatannya selama ini.

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang