107: Keinginan Antara

240 32 2
                                    

Keheningan melingkupi suasana meja makan di pagi menjelang siang tersebut. Ria harus terjebak di dalamnya karena permintaan sang papah. Ketika dirinya sedang menuju jalan pulang, Antara menghubunginya dan mengatakan bahwa Ria harus ke Kelapa Gading saat itu juga. 

Tentu saja bukan Ria namanya jika langsung mengikuti perintah tersebut. Ria bersikeras untuk bertemu papahnya di lain waktu karena tenaganya yang sudah habis. Ia ingin segera kembali ke apartemennya dan tidur. 

Namun Antara dan kekeraskepalaannya tak akan kalah dengan Ria. Ia berhasil membawa Ria sampai di kediamannya. Tentu saja dengan caranya yang tak dapat dielak. 

Ria menyedekapkan tangannya dan bersandar di punggung kursi. "Ck. Kalo nggak ada yang ngomong, aku balik." Ria bersiap untuk pergi dari sana namun tertahan oleh Antara. 

"Sini." Antara membuka sebelah tangannya, mengajak Ria untuk menghampirinya. 

Ria menggelengkan kepala. Ia tidak mau beranjak dari tempatnya. Maka Antara yang bangkit dan berpindah ke kursi samping Ria. Hanya ada Antara dan Ria di ruang makan, yang lainnya pergi melakukan aktivitas masing-masing. Antara sengaja meliburkan diri untuk bertemu putrinya. 

Antara membawa Ria ke dalam dekapannya dan menepuk perlahan punggung Ria yang terlihat begitu tegang. "Nggak usah bertindak terlalu jauh, ya. Kita serahkan saja ke kuasa hukum kalau kamu beneran mau bawa ke jalur hukum," kata Antara terkait kasus yang tengah dihadapi Ria. 

Ria menggeleng tegas. Ia tidak akan puas jika tidak menghukum dengan tangannya sendiri. "Ria, Sayang," tegur Antara. 

"Kamu marah karena uangnya atau karena kepercayaan kamu yang dihancurkan?" tanya Antara memastikan penyebab kemarahan Ria kali ini. 

"Dua-duanya, lah!" 

"Papah mohon sama Ria untuk tidak melakukan pembalasan kepada mereka. Papah takut Ria hilang kontrol dan kembali relaps." 

"Pokoknya kalau kamu memberi mereka punishment, Papah akan ambil alih kasus tersebut dan gugatan yang masuk atas nama Papah. Terus publik jadi heran dan bertanya-tanya, deh. Terus Papah tinggal ungkap ke mereka identitas Ananta yang selama ini tidak mereka ketahui," ujar Antara menyampaikan skenario yang berbalut ancaman. 

Antara yang merasa tak ada pergerakan dari putrinya, melepas dekapannya dan melihat kondisi Ria. "Ya Tuhan. Papahnya ngomong panjang lebar malah ditinggal tidur," kata Antara tak habis pikir. 

Ia menyusuri wajah Ria dengan tangan besarnya. Terlihat sekali wajah tersebut sangat mungil di hadapan tangannya. Jari Antara mengusap bawah mata Ria yang tampak menghitam. 

"Kamu pasti begadang lagi, ya? Papah kenal ritme kerjamu, Sayang. Makanya Papah khawatir ketika kamu memutuskan pindah ke apartemen baru bersamaan dengan kabar tidak menyenangkan dari perusahaan kamu." 

Tidak bisa dibilang perusahaan juga, sih. Karena seluruh aset sepenuhnya milik Ria. Bahkan hanya petugas pajak yang tahu dan tidak berbadan hukum. 

"Ren, Reno!" panggil Antara cukup keras dari ruang makan. Terlihat Reno yang menghampirinya dari taman belakang. 

"Ya," sahut Reno tak kalah keras. 

"Pindahin adik kamu ke kamar! Papah udah nggak kuat gendong Ria," ucap Antara mengingat terakhir kali pinggangnya encok ketika menggendong Ria yang pingsan. Maklum, usia Antara di akhir 50-an membuat tubuhnya tak sekuat dulu. 

Reno langsung mengambil alih Ria yang tengah bersandar di dada papahnya. Ia mengusap perlahan pipi Ria dan bergegas mengangkatnya. "Nggak tidur semalaman dia," ungkap Reno yang tepat sasaran. Keluarga Ria sepertinya sudah bisa mengetahui jika Ria tidak tidur malam. 

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang