87: Pindah Haluan

193 18 0
                                    

“Papah tertarik ke bidang konstruksi, deh,” kata Antara di tengah kegiatan sarapan keluarganya. Seluruh Ananta kumpul di meja makan kali ini, momen yang langka sekali. 

Ria dan Randy menghentikan kegiatan menyuapnya dan meletakkan sendok garpu secara bersamaan. “Are you serious? Mau meninggalkan FMCG?” tanya Ria memastikan perkataan papahnya barusan. 

“Nggak ninggalin juga. Kan baru bilang tertarik, belum pasti akan ke sana.” Antara mendelik sebal ke arah dua anaknya. 

“Lagian tiba-tiba bilang begitu, apa tidak mengejutkan,” balas Ria dengan mencibir. 

“Kalau Papah ke konstruksi, yang megang Pusat siapa?” Randy ikut menyuarakan kebingungannya. Sang papah jika sudah bicara pasti akan kejadian. 

“Loh, kamu dan Ria ada di sana. Tiga bulan terakhir adik kamu loh yang memimpin Pusat,” kata Antara yang membuat Ria kesal mengingat masa itu. 

“Nanti perusahaannya jadi banyak perombakan loh, Pah. Kalau aku dan Ria sudah collab.” Randy mengancam Antara agar lelaki tersebut tidak pindah haluan. Mendampingi papahnya selama di US saja ia hampir menyerah, apalagi sampai mengambil alih perusahaan. 

“Sudah banyak perubahan kok selama Ria menjabat kemarin dengan identitas yang disembunyikan. Nanti tanya aja pas di kantor,” timpal Antara dengan enteng. Ia hanya tertawa saja mendengar hal yang dilakukan Ria selama menggantikan kepemimpinannya sementara. 

“Jadi, aku kerja dimana?” Ria menginterupsi percakapan keduanya. Karena sampai sekarang ia belum mendapatkan pekerjaan yang jelas. 

“Posisi pimpinan di Pusat yang lagi kosong cuman direktur keuangan. Kalau kamu tetap mau di operasional, bisanya jadi staf biasa,” ujar Antara memberitahu lowongan di Pusat yang baru diketahuinya semalam. 

“Yah, masa staf biasa. Aku kan manajer sebelumnya, Pah.” Ria merajuk mendengar informasi tersebut. 

“Terus gimana? Kamu mau di Pusat bareng Papah dan tetap di divisi operasional, kan? Cuman itu doang yang kosong saat ini.” 

“Ish, bener-bener nggak bisa pakai orang dalam di Pusat. Nyebelin!” ujar Ria setengah teriak. Sudah beberapa hari ini ia meminta pada Antara untuk menjadikannya manajer operasional di Pusat, tapi tidak diindahkan oleh lelaki tersebut. 

“Usaha sendiri, lah! Dia yang menjabat sebagai manajer operasional Pusat juga karena skill dan usahanya, bukan karena orang dalam.” 

Randy memegang tangan Ria, meminta sang adik untuk tidak membalas perkataan papahnya. Antara terkait pekerjaan memang tidak bisa diganggu gugat, begitu kata dia maka akan terus begitu. 

“Abang tahu kan, betapa nggak cocoknya aku jadi staf saat ini?” Ria berusaha mencari pembelaan dari Randy. Sungguh, ia tidak terbayangkan menjadi staf dengan kebiasaannya yang berlagak menjadi pimpinan. 

“Tahu. Balik ke kamu, kalau mau bareng aku sama Papah di Pusat, hanya ada posisi itu yang sesuai dengan keinginan kamu. Kecuali kamu mau pindah haluan ke finance. Kalau kamu tidak terima dengan posisi staf operasional, maka cari perusahaan lain yang sedang membuka lowongan untuk manajer, ok?” Randy mengakhiri perkataannya dengan tepukan pelan di kepala Ria. 

Reno dan Reynal hanya menikmati sarapan dalam diam. Mereka tidak begitu mengerti topik perbincangan ketiganya. Meskipun Reno juga sudah bekerja dan tahu tentang dunia perusahaan, tetap saja ia tidak paham apa yang dipermasalahkan Ria. Ia juga sedang meminimalisir interaksi dengan Ria sesuai arahan dari Antara dan Ardi agar mereka dapat tinggal bersama tanpa kegaduhan. 

“Nggak masalah sih posisi staf kalau pertimbangannya bisa bareng Randy dan Papah. Kamu kerja juga bukan mencari uang, kan? Gaji kamu di perusahaan manapun tidak sebanding dengan penghasilan pasif dari saham yang kamu miliki ditambah uang jajan dari Papah dan Kakek.” Reno menyampaikan pendapatnya karena melihat Ria yang sangat bimbang. 

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang