72: Ruang Makan

193 25 0
                                    

“Mercedes atau Toyota yang ready?” tanya Ria pada seseorang di ujung sana.

“Dua-duanya ready, Nona. Mau mobil jenis apa?” tanya Fikri yang sedang berada di showroom mobil atas perintah Ria.

“MPV, dong. Saya kurang nyaman pakai SUV,” timpal Ria dengan wajah merengut. Mengingat beberapa hari dia di US menggunakan mobil SUV. 

“Baik, Nona.” 

“Lexus gak ada?” tanya Ria kembali begitu mengingat mobilnya di Jakarta yang cukup nyaman.

“Lexus tidak beredar di sini, Nona,” jawab Fikri setelah menanyakan pada petugas dealer.

“Ok, Toyota saja gak masalah,” putus Ria. Merk apapun yang penting MPV atau biasa disebut minivan. 

“Toyota Sienna mau?” tanya Fikri menawarkan setelah menemukan mobil yang sekiranya disukai sang nona. 

“Muat berapa orang?” 

“8 orang sama supir.”

“Yaudah ambil aja. Berapa harganya?” tanya Ria lagi. 

“35 ribu USD,” ungkap Fikri biasa saja. Ia yakin harga segitu bukan hal yang besar bagi sang nona. 

“Ok, payment via transfer. Saya cari dulu letak uangnya.” Ria memutuskan sambungan telepon dan beralih menghubungi seseorang lainnya. 

“Saya punya rekening di bank Amerika gak, sih?” tanya Ria tanpa basa-basi. 

“Punya, Nona. Terakhir kali Nona berkunjung ke Amerika, Nona buka rekening di sana.”

Ria beranjak menuju kamarnya dan mengambil dompetnya yang tergeletak di nakas. Ia kembali ke meja makan di lantai bawah yang menjadi tempat ternyamannya. 

“Yang mana kartunya, ya? Saya gak ingat punya rekening di sini. Dari kemarin saya transaksi pakai bank Indo terus dan cukup menyulitkan,” keluh Ria mengingat akhir-akhir ini ia jarang melakukan transaksi menggunakan kartu. Ia jadi lebih sering memegang uang cash karena keterbatasan kartu yang dimilikinya. 

“Kartu Platinum atau yang warna hitam. Dilihat pelan-pelan coba,” ujar Felis mengingatkan Ria untuk perlahan mencarinya. 

I found it! Bank of America,” kata Ria dengan senang setelah mengeluarkan semua kartu dari dompetnya. 

Ria terdiam melihat betapa banyaknya kartu di hadapannya saat ini. Ia sampai kesulitan membedakan mana kartu debet mana kartu kredit. “Ini kartu kredit bisa dinonaktifkan gak Fel? Memenuhi dompet, saya gak suka,” ungkap Ria dengan pandangan tidak suka yang tergambar jelas. 

“Bisa, Nona. Telepon call center bank bersangkutan untuk tutup kartu kredit,” balas Felis dengan sigap. 

“Ok, ok.” Memutuskan sambungan telepon seperti biasa. 

Ria memang tidak pernah mengetahui tentang keuangan yang dimilikinya. Ia memiliki uang di mana saja pun tidak tahu. Semua diurus langsung oleh Felis yang memang ia pekerjakan untuk mengurusi itu semua. 

Ria hanya terima jadi dan terima beres bahwa uang di rekening utamanya tidak akan habis meskipun sudah dibelanjakan puluhan bahkan hingga ratusan miliar. Felis yang memastikan itu semua tetap sesuai agar Ria tidak mengomel. 

Setidaknya ada lima rekening yang dimiliki Ria dengan nominal di dalamnya sangat besar. Satu rekening utama yang biasa digunakan untuk bertransaksi di Indonesia dan ia memiliki m-bankingnya. Satu lagi rekening untuk mata uang US dollar dari Bank of America yang tidak ia sadari memilikinya selama ini. 

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang