35: Kekuasaan

345 38 2
                                    

"Kamu mau main-main dengan saya?" tanya Ria dengan seseorang di ujung telepon sana. 

"Siapa kamu?" tanyanya dengan keras. Seperti orang was-was. 

"Harus pakai cara apa saya mengatakan pada kamu, bahwa saya bukan lawan yang sebanding." Aura nona besar Ria mulai muncul ke permukaan. Sebenci apapun ia dengan nama besar Antara dan Wira yang melingkupinya, ia tak akan bisa lepas dan menyia-nyiakan begitu saja kekuasaan kedua orang tersebut. 

"Apa yang kamu mau?" tanya seseorang di ujung sana. 

"Mau saya sederhana. Berhenti buat drama dan jangan pernah mengganggu kepemilikan saya!" ujar Ria dengan penuh penekanan pada setiap kata. 

"Apa yang kamu maksud? Saya tidak mengerti."

"Berhenti berpura-pura bodoh padahal Anda memang sangat bodoh. Jangan pernah menggunakan nama Christian untuk menaikkan pamor Anda! Atau karier yang baru anda mulai di dunia hiburan akan hancur dalam sekejap," jelas Ria dengan diakhiri senyum miring andalannya. 

"Hahaha, Anda pikir saya takut? Bahkan Anda hanya bisa menggertak saya melalui panggilan suara." Lita tak mau mempercayai perkataan seseorang yang tidak diketahui identitasnya tapi ia sudah menduga bahwa ini adalah Ria. Siapa lagi perempuan sok cantik dan sok berkuasa yang berada di samping Christian? Sudah banyak ancaman-ancaman yang dilontarkan Ria tapi tak ada satupun yang terlaksana. Maka ia menganggap Ria tak ayal seorang pembual. 

"Kamu meragukan kebaikan yang selama ini saya lakukan terhadap hidup kamu? Oh, sudah bosan hidup dengan gelimang harta orang tua, ya? Mau saya jadikan orang tua kamu jatuh miskin detik ini juga?" tanya Ria lagi dengan kesombongan yang makin menjadi. Ia tidak bisa dipancing sedikitpun tentang kebaikan yang selama ini coba ia terapkan tapi malah disia-siakan. 

"Coba saja. Paling kamu hanya bisa menggertak, padahal kamu tidak punya kemampuan apapun." 

"Opening dulu, deh. Nanti kamu langsung kena serangan jantung kalau kebaikan aku sudah sirna. Selamat menikmati opening dari aku. Kalau berubah pikiran, silakan bicara ke media dan hentikan semua omong kosong tersebut." Ria mematikan sambungan telepon dan beralih melakukan panggilan pada sekretaris Wira. 

"Pecat Joseph sekarang juga atas tuduhan pencemaran nama baik dan dugaan kasus korupsi di agensi Monokrom. Berkasnya sudah saya kirim ke email kamu terkait transaksi gelap yang dilakukan Joseph. Tidak ada tapi-tapian, Jono. Saya tunggu kabar dan surat pemecatannya 15 menit dari sekarang." Ria meletakkan gagang telepon dengan kasar. Amarah menguasai dirinya saat ini dan segala hal bisa dilakukannya jika mengikuti amarah tersebut. 

"Grounding dulu, Nona." Anton mengingatkan Ria terkait teknik dalam meredakan segala ketegangan yang sedang dialami. Ria jarang sekali menggunakan kekuasaan yang dimilikinya karena ia sendiri yang memilih untuk tidak mengakui sebagai anaknya Antara. Padahal baik Wira dan Antara tidak pernah mempermasalahkan jika Ananta harus menggunakan kekuasaan mereka untuk menyelesaikan segala permasalahan mereka, karena itulah mereka bekerja sangat keras untuk kehidupan yang layak bagi anak cucu mereka. 

15 menit berlalu dengan sangat cepat dan telepon di hadapannya kembali berbunyi. Ia tak mau buru-buru mengangkatnya karena sudah tahu yang menghubunginya pasti Lita, perempuan tidak tahu diri dan tidak sadar posisi. 

Setelah tiga kali telepon tersebut nyala mati akhirnya Ria mengangkat gagang telepon dan tak langsung berbicara. Ia ingin mendengar reaksi wanita tersebut. 

"Bajingan." 

Ria tidak terkejut mendengarnya. Pasti kata yang terucap adalah umpatan. "Apa? Gak salah dengar? Bukannya kamu yang bajingan?"

"Lo apain om gue, sialan!" 

"Gak diapa-apain. Emangnya aku ngapain?" 

"Kembalikan posisi om gue, Ria sialan!" teriak Lita dengan penuh kekesalan. 

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang