"Kita off berapa lama?" tanya Tian di tengah break syuting GMC.
"Lima hari. Lo udah ada rencana, Yan?" tanya Jimmy di hadapannya.
Tian kembali membalas pesan di ponselnya dan berujar, "Iya. Opung gue minta quality time bareng."
"Lo gak pulang ke Ibu?" tanya Tian balik, karena biasanya sedikit apapun waktu libur mereka, pasti akan dihabiskan bersama keluarga.
Jimmy menjawab dengan gelengan kepala. "Enggak. Ibu gue udah datang beberapa hari yang lalu dan sekarang tinggal di apartemen. Makanya gue pulang terus, gak tidur di dorm."
"Btw, Yan. Kek nya kita belum pernah kenalan sama Opung lo, deh," ujar Elang begitu teringat ia belum pernah berjumpa dengan Hartanto.
Tian melepaskan pandangannya dari ponsel dan beralih menatap Elang. "Lo mau gue ajak ketemu Opung, gitu?"
Elang menampilkan deretan giginya yang putih bersih dan membalas, "Hehe tau aja lo."
"Gue tanya Opung dulu."
GMC menyelesaikan shooting tepat pukul 8 malam. Mereka bersiap kembali ke dorm kecuali Tian dan Jimmy yang memilih kembali ke apartemen pribadi.
"Gue duluan, ya. Besok kalau mau ketemu Opung, kabarin aja. Opung ngajak gue ke villa," ujar Tian dengan semangat begitu membaca pesan dari Hartanto bahwa ia diizinkan membawa serta GMC dan mereka akan pergi ke pulau pribadi milik Hartanto di perbatasan ibukota.
Sudah lama sekali mereka tidak menghabiskan waktu luang bersama. Tian dengan segala kesibukannya yang tidak bisa menyempatkan waktu sedetik pun untuk sang opung. Entah Tian tidak bisa atau tidak mau. Jika untuk gadis tengil tersebut, Tian selalu bisa menyempatkan waktu. Hartanto benar-benar geram dengan Ria yang berhasil menarik perhatian Tian ke arahnya.
Membicarakan Ria, Hartanto sudah lama tak melihat keberadaannya di sekitar Tian. Ia juga tidak menerima laporan jika Tian berkunjung ke Rajawali. Ada apa gerangan? Apakah mereka sedang bertengkar? Atau orang suruhannya tidak becus mengawasi interaksi kedua manusia tersebut? Menambah pikiran orang tua saja.
Sebenarnya siapa yang tidak tertarik dengan sosok Ria yang mempesona? Hartanto rasa tidak ada. Bahkan ia yang kesal setengah mati dengan keberadaan Ria, tidak bisa memungkiri bahwa gadis tersebut memang memiliki pesona yang luar biasa. Entah mengapa, Ria menampilkan persona yang seolah minta dikasihi oleh dunia. Seperti anak gadis yang butuh kasih sayang dari sekitar. Dan Hartanto tidak bisa menolak daya tarik yang Ria miliki.
"Kenapa saya jadi rindu gadis tengil?" tanya Hartanto pada dirinya sendiri.
Rizal yang mendengar hal tersebut hanya menahan senyum. "Tuan bisa menelepon Nona."
Hartanto menolak usulan tersebut. Ia sangat gengsi jika harus menghubungi Ria duluan. Tapi anak itu tidak akan menghubunginya jika ia tidak jahil dengannya. Apa ia harus menjahili Ria agar dihubungi walaupun isinya hanya caci maki dari mulut seorang gadis yang dianggap malaikat oleh sebagian orang. Mereka tidak tahu saja betapa kurang ajarnya mulut Ria jika sudah marah dengannya.
"Sudahlah. Biarkan saja ia hidup dengan tenang tanpa gangguan."
****
Semilir angin menerpa wajahnya yang sedang memejamkan mata. Rambutnya yang berterbangan tak ia hiraukan. Ia sedang menikmati belaian semesta yang membuat jiwanya semakin tenang dari hari ke harinya. Seseorang menepuk tangannya yang sedang berpegangan pada tali ayunan di bawah pohon.
"Kak, ayo main ke sana. Yang lain sudah menunggu," ajak anak kecil dan berhasil membawa Ria kembali pada dunia nyata. Ia membuka mata dan tersenyum dengan menawan pada anak kecil tersebut. "Main duluan saja, ya. Kakak masih mau duduk di ayunan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Woman
ChickLitRia Ananta. Ananta itu kepanjangan dari Anaknya Antara, papahnya Ria. Ia sengaja diberi nama itu untuk menutupi identitas aslinya yang merupakan anak seorang konglomerat kaya raya tujuh turunan. Padahal sudah terlihat jelas dari pembawaannya bak pu...