67: I'm not her

211 23 2
                                    

Teman, apakah ceritanya mulai membosankan?

~~~~

“Pulang sana, Jim. Istirahat. Biar gue yang jaga di sini,” ujar Julio ketika melihat Jimmy yang masih terjaga. Julio yakin Jimmy belum tidur dari semalam. 

Jimmy tidak beranjak dari kursi di samping Tian. Ia tidak merespon perkataan Julio barusan. 

“Jim!” Jimmy tersentak mendengar suara Julio yang cukup keras. 

“Hah,” sahut Jimmy begitu menyadari sudah ada sosok Julio di hadapannya. 

Akibat sentakan tersebut, membuat Tian terbangun juga dari tidurnya. Lelaki tersebut bed rest total sedari kemarin. Tidak beranjak sedikitpun dari bed hospital

“Tidur sana!” Julio menepuk paha Jimmy, menyuruhnya beranjak dari sisi Tian. 

Morning, Bang,” sapa Tian dengan muka bengkaknya karena kelamaan tidur.

“Bangun, bangun. Gimana? Masih sakit, gak?” Julio mengecek pinggang Tian yang sudah berubah warna menjadi ungu. 

“Lebam, Yan,” ungkap Julio dan membuat Tian menghela napas. 

Sudah dari semalam ia merasakan pinggangnya bertambah nyeri. Ingin mengeluh tapi tidak ingin membuat Jimmy khawatir. 

Tak berselang lama, dokter tiba di ruangan Tian yang masih bertahan dalam posisi tengkurap. "Saya periksa dulu, ya," ujar sang dokter yang langsung diizinkan oleh Julio. 

Dokter menekan bagian di atas pinggang Tian dan tidak mendapati respon apapun. Beralih menekan bagian yang memar dan dihadiahi teriakan Tian yang cukup besar. 

Julio ikut ngilu merasakan betapa sakitnya luka tersebut. "Parah banget, Dok?" tanya Julio dengan raut khawatir yang tergambar jelas. 

"Di bagian sini sakit?" tanya dokter melanjutkan pemeriksaan. Dibalas gelengan kepala Tian. 

"Saya buatkan jadwal dengan dokter fisioterapi, ya. Pemeriksaan awal tidak ada yang mengkhawatirkan. Hasil rontgen kemarin juga baik-baik saja. Tetap diminum obatnya untuk meredakan nyeri," ucap dokter tersebut yang dipahami oleh Julio. 

"Sakit banget, Dok. Dari semalam tidur saya gak nyenyak karena senat-senut rasanya," ungkap Tian dengan lemah. Ia masih bertahan dengan posisi tengkurap. 

"Iya, reaksi peradangan yang wajar. Lebih lanjutnya dijelaskan oleh fisioterapi. Jangan lupa nanti siang." Dokter pamit undur diri dari ruangan Tian. 

"Makan dulu, yuk." Julio menepuk punggung Tian membuat lelaki tersebut berbalik arah menjadi terlentang. 

"Bisa duduk, gak?" Tian mencoba duduk dengan tegap tapi tak jadi. Ia kembali merebahkan tubuhnya di kasur. 

"Ok, sebentar." Julio mengatur bagian atas bed hospital menjadi lebih tinggi posisinya. Tian duduk dengan masih sepenuhnya bersandar di bed hospital. 

Julio dengan telaten menyuapi Tian makanan rumah sakit yang entah apa rasanya. Pasti hambar karena terlihat dari ekspresi Tian yang ogah-ogahan menelan makanan tersebut. 

"Mar! Mario!" panggil Tian dengan keras membuat Julio terkesiap. 

"Jangan teriak-teriak! Jimmy lagi tidur." 

"Iya, Tuan." Mario memasuki kamar Tian dengan tergesa-gesa. Sepertinya ia juga terkejut mendengarkan panggilan tersebut. 

"Jangan kabarin Ria," ucap Tian dengan tegas. 

Mario yang diberikan perintah seperti itu hanya melongo. "Nona sudah tahu," ungkap Mario setelah berhasil menguasai dirinya. 

"Kenapa kamu kasih tahu?" tanya Tian dengan sewot. 

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang