94: Gosip Murahan

222 29 5
                                    

"Boo, aku udah di lobby," ujar Tian di jam 5 sore sesuai kesepakatan mereka.

"Tunggu, lagi rapihin meja dan siap-siap turun. Kamu bawa mobil yang mana?" tanya Ria memastikan agar ia langsung masuk ke mobil.

"Porsche kuning."

"Porsche kuning mulu. Ganti yang lain, dong. Kamu nggak bosen jemput aku pake itu mulu?" Suara Ria sarat akan kekesalan.

Bukannya apa, setiap mereka jalan, Tian selalu menggunakan mobil tersebut. Padahal mobilnya banyak, loh. Dan ia seorang Christian Hartanto, seorang artis besar dengan penghasilan tiap tahunnya mencapai ratusan miliar.

"Ya gimana dong? Aku udah terlanjur nyaman. Kamu tahu aku orangnya kalau udah nyaman, setia hanya pada barang tersebut. Sama kayak aku ke kamu." Perkataan di akhir kalimatnya membuat Ria memutar bola mata malas.

"Mau pakai mobil aku aja? Lexus hitam biasa," ujar Ria mengajukan mobilnya untuk mereka gunakan.

"Kamu juga apa bedanya? Lexus terus, kayak nggak ada mobil lain aja!"

"Kemarin-kemarin aku gonta-ganti mobil, ya! Enak aja. Mercy yang ada di rumah aku pake semua. Kamu aja yang nggak pernah liat karena sibuk kerja."

Kan, mulai, kan. Ria tidak pernah mau kalah! Tian memilih mengalah daripada mereka tidak jadi jalan akibat terfokus pada debat kusir yang tak berarti.

"Iya, deh. Yaudah cepat, beres-beresnya selama itu?"

"Kamu yang ngajak berantem." Salah Tian lagi, ia hanya bisa menghela nafas dan menerima tuduhan tersebut. Mungkin boo-nya sedang lelah selepas bekerja.

Ria keluar ruangan tanpa berpamitan dengan penghuni OPR yang masih setia pada kubikel masing-masing. Bahkan ia tidak pamit pada Dio. Tidak penting!

Fikri mengikuti langkah sang nona yang berjalan dengan tergesa. Ia seorang diri yang keluar dari ruang OPR dan mengikuti sang nona pergi. Dua lainnya masih berjaga karena ruang OPR belum benar-benar bubar.

Ria mengetuk kaca mobil porsche kuning yang sangat nyentrik di antara jajaran mobil lainnya yang menunggu di lobby. Kaca mobil tersebut terbuka sedikit dan menampilkan sosok tampan di balik masker hitamnya. "Boo," sapanya begitu melihat Ria ternyata si pengetuk kaca.

Memasuki mobil dan berkata, "RS PIK." Mobil melaju setelah mendapat lokasi appointment.

10 menit perjalanan karena jalanan cukup padat, Tian menghentikan mobilnya tepat di lobby. "Kamu turun duluan, aku mau parkir dulu," katanya dan memakaikan masker ke wajah Ria yang kentara sekali lelahnya.

"Nggak usah, biar pengawal aku aja yang parkir."

Tian memberikan kunci mobil pada lelaki yang menunggunya di luar. Mereka masuk berdampingan dan langsung dihampiri satpam. "Ada yang bisa dibantu, Tuan dan Nona?"

"Dokter mata, Hendrawan," kata Ria langsung.

"Baik, Nona. Silakan tunggu di sana, akan saya konfirmasi ke loket." Satpam tersebut mengantar Ria dan Tian ke sofa yang kosong di sisi lobby nan luas ini.

"Langsung naik ke lantai lima, ya. Sudah ditunggu beliau," ujar satpam tersebut dan mengikuti langkah Ria dan Tian sampai ke lift. Tak lupa Fikri dan beberapa pengawal lainnya juga mengikuti Ria dari jauh.

Genggaman tangan keduanya tak pernah lepas sedetik pun, seolah menunjukkan pada dunia bahwa mereka adalah pasangan. Tiba di depan lift yang ternyata ramai sekali, mereka harus mengantre di tengah kerumunan. Kelihatannya saja sepi ketika di lobby, ternyata begitu masuk ke dalamnya, ramai sekali.

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang