58: Memori

303 20 2
                                        

"Kenapa Kakek melakukan itu?" 

Wira menghembuskan napas dengan keras. "Bukan saya yang membunuhnya," ungkap Wira melakukan pembelaan. 

"Bohong!" sentak Ria tidak mempercayai perkataan orang tua di hadapannya. 

"Terakhir kali kamu menyangkal pengakuan jujur dari seseorang, sesaat kemudian orang tersebut meninggal tepat di hadapan kamu." Ingatkan Ria bahwa yang dihadapinya saat ini Wira, orang yang tahu segalanya apa yang dialami Ria. 

Jelas perkataan Wira barusan merujuk pada kejadian berpulangnya Anton di ruang tahanan sana dan pada saat kejadian Wira tidak berada di tempat yang sama dengan Ria. 

"Kakek yang memperkeruh keadaan ini semua," tuduh Ria dan tidak disangkal oleh Wira. 

"Kalau saja Kakek gak ikut campur dan membiarkan aku menyelesaikan semuanya secara damai, aku yakin gak akan makan korban sebanyak ini!" lanjut Ria dengan intonasi yang mulai meninggi. 

"Bagaimana caranya saya bisa diam melihat kamu disakiti begitu saja? Bagaimana Ria?" tanya Wira dengan keras dan membuat Ria terkejut. 

"Tapi Kakek membunuh Anton," ucap Ria dengan suara melemah. 

"Saya tidak bermaksud," sangkal Wira tanpa penyesalan sedikitpun. 

"Kakek bermaksud!" 

Keheningan terjadi di antara mereka. Ria lelah secara emosional menghadapi orang tua di hadapannya. "Kakek yang mengungkap semua kasus Hariadi," ucap Ria dengan datar. 

"Memang." Wira tidak menyangkalnya. Ia memang dalang dibalik hancurnya Hariadi secara perlahan. Mudah saja baginya untuk mengungkapkan kebusukan yang selama ini disembunyikan Hariadi.

"Kenapa Kakek gak berubah juga? Aku pikir setelah perjanjian kita kala itu, Kakek benar-benar berubah." Ria mengungkapkan kekecewaan terbesarnya yang selama ini memukul telak relung hatinya. 

"Saya tidak mungkin berubah begitu saja jika menyangkut orang terkasih saya." 

Ria memejamkan mata dan mengucapkan kalimat yang pasti menyakiti orang tua di hadapannya. "Kalau begitu, I'm sorry to say this. Saya benci darah anda mengalir di tubuh saya dan membuat saya tidak berperasaan seperti ini." Ria beranjak dari hadapan Wira dengan segenap perasaan yang bercokol di hati Wira. Lagi, untuk kesekian kalinya ia ditinggalkan karena menunjukkan kasih sayangnya. 

****

Beberapa puluh tahun silam.

"Anggara!" teriak Adisty melihat tubuh putranya yang terbujur kaku. Adisty menangis meraung-raung melihat betapa mengenaskan kondisi terakhir putranya. 

Wira tidak bisa berbuat banyak tatkala putranya ditemukan dalam kondisi mengenaskan di hutan belantara Hoh, Washington DC. Sekujur tubuh dipenuhi luka lebam akibat penyiksaan dengan pendarahan di beberapa bagian tubuh terlebih di bagian kepala. Wira menyimpulkan putranya meninggal karena pendarahan di bagian kepala dan telat mendapatkan pertolongan. 

Anggara dinyatakan hilang selama lima hari. Wira sudah mengerahkan seluruh kemampuannya dibantu dengan kepolisian setempat dan tidak membuahkan hasil. CIA akhirnya turun tangan dan mereka menemukan titik terang keberadaan Anggara yang jauh sekali dari terakhir kali posisinya. 

Adisty dan Wira harus menelan kenyataan pahit bahwa mereka kehilangan putra mereka lagi. "Nyonya!" teriak Nicole asisten pribadi Adisty ketika melihat sang nyonya kehilangan kesadaran. Pukulan telak bagi keduanya bahwa dunia mereka sangat berbahaya dan tidak ramah untuk anak mereka. 

Wira tidak bisa berbuat banyak ketika satu per satu orang di sekitarnya harus merenggut nyawa akibat pencapaian yang didapatkannya. Keputusan untuk menyatukan beberapa perusahaan besar menjadi satu naungan di bawah Adiwira Group singkatan dari Adisty dan Wira membuat dunia bisnis di dataran Amerika sangat terguncang. Tentu saja dengan bersatunya beberapa perusahaan raksasa tersebut menjadikan mereka mendominasi pasar dan dengan mudah melakukan praktik monopoli. 

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang