73: Begaduh

200 18 2
                                    

"Wah, pantai!" ucap Tian senang dan berlari menuju bibir pantai. Terik matahari tak menyurutkan semangatnya. 

"Jangan jauh-jauh Yan! Nanti tenggelam, susah," teriak Ria begitu melihat lelaki tersebut sudah menyeburkan dirinya ke air. 

Tian memberikan tanda 'ok' melalui jarinya. Samuel dan Julio menggelengkan kepala melihat betapa antusiasnya Tian ketika bertemu pantai. 

"Ikutan sana, temenin Tian," pinta Ria pada mereka berdua yang masih setia berdiri di sampingnya. 

Julio ikut bergabung dengan Tian menikmati air di pantai yang terlihat sangat menyegarkan. Mereka bermain air layaknya anak kecil yang bertemu wahana permainan. 

Ria dan Samuel berjalan menuju kursi lonjer yang tersedia. Entah para pengawalnya yang menyediakan atau pengurus pantai di sini. Kursi lonjer yang terdapat payung di atasnya serta meja di samping masing-masing kursi untuk meletakkan makanan. 

Ria langsung merebahkan tubuhnya di kursi tersebut yang terdapat busa di atasnya. Kalau sampai hanya kayu saja, dapat dipastikan Ria sudah mengomel. "Ya Tuhan, akhirnya rebahan juga," ungkap Ria penuh kelegaan. 

Dari kemarin ia belum merebahkan tubuhnya sama sekali. Betapa nyaman dan menyenangkannya hanya dengan merebahkan dirinya di kursi lonjer. 

Samuel ikut merebahkan tubuhnya di samping Ria yang sudah memejamkan mata. Ia memanggil pelayan yang setia berdiri tidak jauh dari kursi mereka. Memesan makanan dan minuman sekalian untuk mereka berempat. 

"Ria," panggil Samuel dan tidak digubris oleh perempuan tersebut. Samuel melihat Ria yang sudah tenggelam dalam dunia mimpinya. 

Melihat wajah Ria yang tidak tertutupi apapun, ia berinisiatif untuk memberikan kacamata hitam yang digunakannya. Samuel memakaikan kacamata tersebut pada Ria yang sudah terlelap. 

Sedari awal kemunculan Ria bersama Tian di GMC ia sudah menyayangi Ria sama dengan ia menyayangi Tian. Sifatnya yang sulit dekat dengan orang ternyata membuat kesalahpahaman di antara mereka. Ia tidak tahu jika Ria sempat tersinggung dengan keterdiamannya. Beruntung salah paham di antara mereka sudah teratasi. 

Samuel benar-benar menyayangi Ria sama besarnya dengan GMC yang lain. Sosoknya yang jauh dari kata sopan santun seolah termaafkan dengan perlakuannya yang lain. Membawa mereka ke pantai seperti sekarang, misalnya. 

Samuel kurang suka dengan kegiatan di luar ruangan sebenarnya. Tapi jika ia dapat melihat kebahagiaan yang terpancar di wajah kedua adiknya, ia rasa hal tersebut cukup dijadikan alasan untuknya bahagia juga. 

Kegiatannya memandang Tian dan Julio yang berenang di bibir pantai terinterupsi dengan makanannya yang tiba. Satu per satu makanan yang dipesannya diletakkan di meja masing-masing kursi lonjer. 

"Saya bisa minta topi pantai?" tanya Samuel pada pelayan. 

"Baik, akan saya ambilkan." Pelayan tersebut menyanggupi permintaan Samuel. 

Tak berselang lama, topi tersebut diberikan pada Samuel. Setelah pelayan kembali ke tempatnya, Samuel memakaikan topi ke kepala Ria. Sepelan mungkin memakaikannya agar tidak mengganggu tidurnya. 

"Aman." Samuel puas dengan hasilnya. Wajah Ria sudah tertutupi setengahnya dan tidak begitu terekspos. 

Ia merasakan tatapan intens yang dilayangkan para pelayan ke arah gadis di sampingnya. Samuel menyadari hal itu dan ia tidak bisa protes. Apapun kegiatan mereka saat ini pasti menjadi pusat perhatian. Maka Samuel memilih untuk melindungi wajah Ria agar tidak begitu terekspos dari tatapan mata para pelayan dan dari paparan sinar matahari. 

Merasa masih ada yang kurang, Samuel mengedarkan pandangannya ke sekitar dan menemukan sosok yang dicarinya. Ia mengangkat tangan dan langsung ditangkap pergerakan tersebut oleh pengawalnya. Pengawalnya langsung berlari menghampiri Samuel. 

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang