55: Bar

266 28 1
                                    

"Hallo, lo sibuk gak?" tanya Ria pada seseorang di ujung sana. 

"Open table, yuk. Di Afterhour PIK," ajak Ria tanpa basa-basi. 

"Ok, see you." Mematikan sambungan telepon dan mengangkat kedua tangannya ke atas. Melakukan sedikit peregangan akibat bekerja non stop dari pagi hingga pukul 11 malam. 

Ria berhasil menyelesaikan semua pekerjaannya yang terbengkalai selama dua minggu. Tidak begitu terbengkalai sebenarnya karena Dika dan Wira mengambil alih sementara waktu. Selama menyelesaikan pekerjaannya, Ria tidak berbicara sedikitpun. Mau bicara dengan siapa? Fikri sudah ia usir dari ruangannya karena tidak bermanfaat. 

Iya, Ria kesal dan marah pada lelaki tersebut yang hanya diam saja memperhatikan Ria kerja. Mengajaknya berbicara pun tidak, apalagi menyediakan makanan untuknya. Fikri bahkan tidak mengingatkan terkait waktu kerja Ria yang sudah berlebihan. Benar-benar tidak berfungsi. 

Ria turun ke basement dengan casing bag yang tempo lalu dia beli. Ia jadi lebih nyaman menggunakan bag seperti itu dibandingkan tas yang lebih besar. Sepertinya Ria jadi kepikiran untuk memperbanyak koleksi case ponsel seperti itu. 

Disambut oleh Pak Kardi yang menjemputnya kali ini menggantikan si pengawal tadi pagi, Ria memasuki mobilnya tanpa Fikri. Ia masih marah dan menolak semobil dengannya. Entahlah kapan kemarahannya akan berakhir. 

"Ke Afterhour ya, Pak!" titah Ria pada supir keluarganya. Ia menjadi lebih diperhatikan oleh keluarganya alias Wira setelah insiden beberapa waktu lalu. Semuanya dipersiapkan oleh Wira dan di bawah perintah Wira. Belum saja Ria melakukan protes terhadap lelaki tua tersebut. Ia masih belum menemui Wira sampai detik ini. 

Tidak sampai 30 menit mobil tiba di pelataran parkir Afterhour yang tidak pernah sepi ini. Bahkan semakin malam semakin ramai khas bar & lounge pada umumnya. Mobil Ria berhenti bersamaan dengan beberapa mobil lain yang berhenti juga di sekitarnya. Ria memutarkan bola mata jengah ketika mengetahui bahwa itu para pengawal bayangan. 

Ria dengan setelan kerjanya dan blazer yang masih setia menempel di tubuhnya memasuki bar tersebut yang cukup ramai. Ia dihentikan oleh satpam dan dimintai kartu identitas, memastikan kelegalan usia untuk dapat berkunjung ke Afterhour. Tanpa banyak bicara, Ria menyerahkan KTP dan langsung dipersilakan masuk ketika melihat tahun lahir Ria yang termasuk usia legal. 

Kepulan asap rokok, vape dan shisha bersatu padu mengepul di udara menyambut kedatangannya. Ria melihat sekeliling mencari seseorang yang sudah dihubungi, barangkali ia sudah tiba dan menduduki meja duluan. 

"Dimana?" tanya Ria melalui ponselnya. 

"Ok, gue tag meja duluan, ya. Di pojok yang jauh dari dance floor," ucap Ria setelah menemukan meja yang sekiranya tepat untuk mereka berdua. 

Seorang pelayan menghampirinya dan menanyakan menu yang akan dipesan Ria. "Singleton sama smirnoff, chicken wings, tahu jiu yim." Si waitress mencatat pesanan Ria dengan cekatan. 

"Lampu di sini jangan diterangin, ya. Biarin gelap gini aja," pinta Ria pada si waitress karena biasanya lampu di tiap kursi akan dinyalakan jika ada pelanggan yang mendudukinya. 

"Baik, Mbak." Si waitress pergi dari hadapan Ria setelah dirasa cukup pesanan Ria. 

Seseorang menarik kursi di hadapannya dan langsung meletakkan kunci mobil, ponsel dan dompet di atas meja. Ria memperhatikan dengan seksama lelaki di hadapannya melepas topi dan menyisir rambutnya menggunakan jari tangan. 

"Pantes ya Jim, lo dijuluki the most flirty boys," ungkap Ria setelah melihat kegiatan lelaki di hadapannya. 

"Apaan, sih," balas Jimmy dengan tersipu. 

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang