92: Apartemen

208 29 4
                                    

"Perketat penjagaan! Jangan terima paket dari siapa pun mulai sekarang. Makan harus dengan segel dari Papah agar tidak keracunan." Dan masih banyak lagi perintah Antara yang sangat berlebihan. 

"Mulai besok Fikri ikut berjaga di ruangan kamu." 

"Pah!" teriak Ria dengan refleks. Ia sedang nyaman menjalankan hidup tanpa pengawal 24/7 di sisinya. 

"Atau kamu mau berhenti kerja aja?" Ria menggeram akibat opsi yang ditawarkan sang papah. Tidak ada yang menyenangkan hatinya. 

"Bondan sudah Kakek urus. Dia langsung patuh dan berjanji untuk mengikuti hasil analisis dari OPR internal. Dia juga berjanji untuk tidak mengintimidasi karyawan yang tidak mengikuti perintah anaknya. Putrinya sudah Kakek beri pelajaran melalui Dio," kata Wira menyampaikan hasil pertemuan siang tadi dengan Bondan. 

Wira ikut makan malam bersama di kediaman Antara. Atau lelaki tersebut akan tinggal bersama mereka mulai sekarang? Ananta tidak pernah ada yang keberatan sebenarnya, hanya Wira saja yang menjauhkan diri selama ini dari mereka. 

"Dio?" Ria memastikan bahwa Dio yang dikatakan kakeknya sama dengan Dio sang asisten manajer di ruangannya. 

"Iya, Dio Atmojo. Dia tahu kamu siapa," ungkap Wira yang membuat Ria membelalakan mata.

"Kakek!" teriak Ria kembali dengan refleks. 

"Kamu tidak bisa bersembunyi terus, Ria. Cepat atau lambat seluruh dunia tahu identitas Ananta." 

Perkataan Wira membuat nafsu makan Ria dan Reynal hilang secara bersamaan. Mereka meletakkan sendok dan garpu dalam posisi terbalik dan menyandarkan punggung ke kursi. 

"Benar kata Kakek. Mau sampai kapan kita bersembunyi terus? Sementara orang-orang semakin meremehkan kamu. Mereka menganggap orang yang tidak punya kekuasaan maupun strata sosial berhak diperlakukan semena-mena seperti itu," timpal Randy emosi. Ia masih tidak terima adiknya mendapat teror seperti tadi siang. 

Ria tidak bisa menyangkal kali ini. Teror tersebut mengguncang jiwanya dan menekan rasa percaya dirinya. Ia mulai paranoid kembali seperti waktu belum mendapatkan pengobatan dari psikiater. 

"Beberapa hari ke depan aku akan mulai terapi dengan dokter Ardi," kata Reno di tengah keheningan yang terjadi. 

Perkataan tersebut membuat seluruh orang memusatkan perhatiannya pada lelaki tersebut. "Woah, lo keren, sih." Ria menepuk tangannya merespon perkataan tersebut. Ia mendukung sepenuhnya terapi yang akan dijalankan oleh sang kakak tertua. 

"Kalau butuh apapun, kabarin Kakek." 

"Ntar aku anterin deh, Bang. Kalo nggak ada jadwal kuliah, sih." 

"Gue tungguin di RS selama sesi terapi berlangsung," kata Randy yang membuat Reno terenyuh. 

Seluruh kalimat yang dikeluarkan barusan sangat-sangat meningkatkan semangatnya dalam menjalankan pengobatan. Beruntung sekali, keluarganya sangat suportif terkait penyembuhannya. Memang salahnya Reno yang memilih dunia narkoba sebagai pengalihannya dari kepenatan dunia. Padahal keluarganya baik-baik saja di sini. Kelihatannya. 

****

"Mampir ke apartemen dulu. Saya mau lihat sudah sejauh mana renovasinya berjalan," perintah Ria yang diikuti oleh sang supir. Ia kembali menggunakan lexus hitam atas perintah sang papah. 

"Lo kesel kan ketemu gue lagi?" tuding Ria pada Fikri yang tidak sepenuhnya salah. 

Selama Ria berada di Kelapa Gading, Fikri ditugaskan untuk mengawasi Ria dari jauh. Tidak perlu mengikuti Ria di sisinya karena sebanyak itu pengawal di kediaman Antara. Ria juga dibiarkan untuk mengendarai mobilnya sendiri setelah lama tidak menyentuh jalanan. 

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang