"FANO!" teriak Iyok geram.
Mereka janjian mau nonton film di bioskop, tapi dari jam 9 tadi ponsel Fano mati. Iyok yang setengah khawatir dengan kebiasaan begadang Fano pun bergegas ke rumah lelaki yang lebih tua dua tahun darinya. Padahal janji awalnya Fano yang akan menjemput Iyok.
"Bangun ih." Kesal Iyok sampai ubun-ubun.
Fano mengerang dalam tidur. Kenikmatan surga dunia yang terusik jelas membuatnya ikut kesal pula.
Mengintip sedikit siapa orang yang berani mengusik tidur nyenyak yang baru ia dapatkan pukul lima subuh tadi.
"Apa, Yok?" suara Fano serak.
"Apa katamu?," Iyok menghentakkan kaki "—katanya mau nonton. Sekarang aja masih goleran di kasur. Asem. Tau gitu ga usah janji-janji deh. Busuk." Iyok melempar guling asal.
Fano sadar bahwa hari sudah siang pun meminta maaf pada sang sahabat yang sudah rapi dengan memakai sweetshirt kuning dan celana pendek hitam.
Iyok mendengus.
Fano pindah posisi jadi tengkurap. Dengan memeluk bantal di dada Fano beberapa kali mengedipkan mata guna menyesuaikan cahaya matahari yang masuk lewat jendela.
"Malah tengkurep. Mau tidur lagi ya?" Iyok melipat tangan di depan dada.
Fano menggeleng. "Sepuluh menit lagi ya. Begini dulu." Pinta Fano namun tidak diizinkan Iyok.
"Ayoooo~" Iyok menarik tangan Fano. Sontak pemuda yang masih setengah sadar itu panik.
"Kenapa si? Ada yang kamu tutupin dari aku ya, No?" feeling Iyok mengendus kecurigaan.
Fano menggeleng. "Enggak, Mbul. Udah sana tunggu di luar. Aku mandi bentar." Fano menahan selimut yang ia pakai menutupi area pribadinya.
"Kenapa tidurnya ga pake baju?" selidik Iyok.
"Gerah."
"Yaudah. Sana mandi." Iyok duduk di kursi yang tersedia di kamar.
"Keluar dulu, Yok." Pinta Fano lagi.
"Kenapa sih? Biasanya juga ga apa aku di sini." Iyok kembali kesal.
"Kamu ngapain ke kamarku?" tanya Fano duduk manis dengan menaruh selimut serta bantal di pusat tubuh.
"Bangunin kamu." Jawab Iyok polos.
"Nah sekarang aku udah bangun. Kamu keluar gih." Usirnya membuat Iyok meradang.
"Kenapa usir-usir? Ga suka ada aku di sini?"
Fano menggeleng cepat. Bingung menjelaskan.
"Iya aku udah bangun ini, Mbul," Fano menatap alis Iyok yang tertekuk, "—tapi ada lagi yang bangun selain aku."
Iyok merinding. Tiba-tiba suasana berubah horor. Iyok melompat ke kasur Fano. Mereka berebut selimut.
"Yok, jangan." Cegah Fano.
"Takut hantu, No."
"Bukan hantu, Mbul."
"Terus?"
"Ini loh. Fano junior juga bangun. Biasa morning Wood." Ucapnya dengan cengengesan.
Iyok yang sadar langsung menjerit dramatis. "AGGHH FANO JOROK!"
BLAM
Pintu ditutup Iyok kasar.Tawa renyah Fano keluar, "padahal normal. Emang dia ga pernah ya? Apa harus tak bangunin juga?" Fano menggeleng lemah.
END
⌨ 10 Nopember 2019
[A/N]
AkunulisapaanHay, mau ngingetin nih..
.
.
.
.
.
.
BESOK SENIN
KAMU SEDANG MEMBACA
Cemilan | FaYok vers ✔
Humor2019, Cerita singkat dua anak adam yang ngakunya sahabat tapi saling kode ambigu. *debut story; 16/10/2019 on Stupid F *debut work; 23/10/2019 *graduation; 02/05/2020 _______________ story; kejukopi original cover; tumblr design cover; kejukopi