hasil

597 55 34
                                    

Yoni tersenyum melihat hasil jepretannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yoni tersenyum melihat hasil jepretannya. "Apik, mas."

Fano terkekeh. "Sing apik iku hasil e atau Iyok?" menyeruput espresso, si jelaga ikut mengintip ponsel Yoni.

"Kalau aku bilang mas Iyok, leherku ilang ndak nanti?" Yoni memberikan ponselnya kemudian mengaduk jus mangga pakai sedotan.

"Aku seneng aja kalah orang yang aku suka disukai sama banyak orang."

Alis Yoni bertemu. "Kok gitu?"

Si jelaga mengeluarkan kotak rokok dan pemantik dari sling bag. "Ya, orang boleh suka sama Iyok, tapi Iyok cuma aku yang patenin. Mantap, toh?"

Yoni menggeleng jenaka. Ia paham betul kelakuan Fano kalau sudah menyangkut Iyok; bucin ga ketolong. "Iya sih, terus mas Iyok gimana?"

"Iyok kebalikannya. Dia ga suka aku disukain banyak orang. Dia ngiranya aku nanti bisa selingkuhin dia. Padahal nih, Yon, punya pikiran buat ninggalin dia aja enggak. Aku udah cinta banget ke Iyok."

Yoni menyisir rambut dengan jemari. Membasahi bibir dengan jilatan dari lidah sekilas sebab udara dari AC membuat kulit bibir kering. "Kenapa ga ditembak?"

"Waktunya belum pas." si jelaga melihat cangkir kopinya. Kepulan asap tipis beraroma biji kopi membuatnya tenang.

"Waktu yang pas emangnya gimana, mas?" Yoni melihat pergerakan ragu-ragu dari Fano. Lelaki yang lebih tua darinya itu mengetuk-ngetuk meja dengan pemantik. Gerak gusar Fano jelas sekali ia lihat. Ada binar gugup hingga manik Fano bergetar meski pernyataan itu tanpa nada intimidasi.

"Aku harus bilang mama sama papa, belum lagi minta restu ke orangtua Iyok juga. Masih panjang kayaknya."

Bahu Yoni merosot. Punggungnya mencium sandaran kursi. "Kalau itu mah berat, mas." Yoni ikut merasakan beban berat, padahal ini bukan urusannya untuk ikut campur. Hanya saja, ia merasa empati dan tanpa sadar tertular perasaan terkait beratnya penderitaan Fano mencintai Iyok.

Senyum maklum seraya anggukan pasrah Fano jadikan jawaban. "Berat bukan berarti ga bisa dicoba, kan?"

"Mas, yakin?"

"Yakin banget. Makanya nunggu waktu yang pas biar ga salah langkah. Aku juga belom bilang sama Iyok soal apa dan gimana eksekusinya. Dia cuma tau jalanin aja dulu yang ada. Dan ya.." Fano tersenyum lebar ketika Iyok jalan ke meja mereka. "Aku harap Iyok ga bakal tau soal ini. Biar aku yang guncang tkp."

Yoni menggeleng kepala tak habis pikir.

"Kamar mandinya penuh, jadi nunggu lama deh." Iyok duduk di antara Fano dan Yoni. "Kamu mau ngerokok? Ga boleh, Fano. Ruangan AC."

"Siapa? Aku cuma keluarin doang, mau ambil dompet tadi sampe lupa masukin lagi." Fano meletakkan tas di meja dan pergi menuju kasir.

"Mas Yok." panggil Yoni.

Iyok menoleh seraya menaikkan sebelah alisnya.

"Meluk pas Fano enak banget, ya?" Yoni menunjuk potret gambar Fano dan Iyok di ponselnya.

Wajah Iyok memerah. Yoni menahan pekik gemas dengan menggigit pipi bagian dalam.

"Apaan sih, Yoni." lemparan kentang goreng mengenai muka Yoni.

Keduanya tertawa.

Dari meja kasir, Fano melihat interaksi keduanya sambil tersenyum bahagia.

END

⌨ 10 April 2020

Cemilan | FaYok vers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang