sahabat

1.9K 230 143
                                    

[Tulus- Teman Hidup]

"Bagusan item, No."

"Kuning ok kok. Keliatan cerah."

"Apaan? Aku nanti kayak anak ayam lagi."

"Lucu, Yok."

"Kenapa si bilang aku lucu mulu? Ganteng kek sekali-sekali."

"Fitnah dong namanya."

"Jancok."

Fano lagi nemenin Iyok beli sweater baru buat syuting vlog nanti. Pilihan warna kuning menarik mata lelaki jangkung itu. Pikirnya warna cerah sangat cocok dengan kepribadian Iyok, namun si gembul lagi-lagi menarik sweater warna hitam atau abu-abu; gelap seperti warna langit di luar store.

"Makan dulu aja yuk." Iyok berjalan mendahului Fano.

"Loh katanya mau beli baju." menyamakan langkah dengan sahabatnya menjadikan mereka berjalan beriringan.

Iyok menatap Fano, "Pinjem ya?" manik cokelat madu itu kembali berbinar, jadi Fano bisa apa selain mengangguk?

Langit mendadak mendung tapi suasana mall sedang ramainya. Beberapa pasangan kekasih dan keluarga kecil terlihat berjalan santai bersama. Iyok dan Fano pun sama; berjalan santai.

"Mau makan apa?" mereka berdiri berhadapan, Iyok mengernyitkan dahi. Matanya lapar melihat chatime tapi perutnya berontak ingin nasi.

"Makan nasi loh, Yok." peringatan Fano membuat jengkel. Iyok tau, cuma ya gitu; makanan atau minuman manis selalu jadi favoritnya.

Iyok mendecak sebal, "Satu gelas Chatime sambil makan ke Solaria gimana?"

Berbanding terbalik dengan Iyok, Fano justru tidak suka makanan dan minuman manis. Segalas black americano atau cokelat hangat tanpa gula akan menjadi pilihan sempurna untuk menemani Fano.

"Makan dulu. Nanti abis itu aku temenin cari sundae ice cream." final Fano menarik tangan Iyok ke restoran dengan menu nasi goreng kesukaan lelaki dalam genggamannya.

Di dalam musik mengalun lembut. Duduk di dekat jendela yang mengarah pada langit menjadi pilihan Iyok.

"Nasi goreng seafood satu sama teh tawar anget, satu lagi nasi goreng kambing minumnya milkshake cokelat." pesan Iyok pada pelayan.

"Boleh ditambah ekstra sirup cokelat sama chocohip?" tanya Iyok setelah pelayan mengulang pesanannya.

"Boleh mas." jawab pelayan itu dengan sopan.

"Iya tambahin aja yang tadi." ucap Iyok lalu menatap Fano dan yang ditatap malah asik melihat langit.

Setelah pelayan pergi musik yang diputar mendominasi suasana. Sudah lewat dari jam makan siang menjadi alasan mengapa resto ini cukup lengang.

Dia indah, peretas gundah
Dia yang selama ini ku nanti
Pembawa sejuk, pemanja rasa
Dia yang selalu ada untukku
Di dekatnya aku lebih tenang
Bersamanya jalan lebih terang

"Yok, mendung. Mobil ga aku parkir di basement lagi." ucap Fano ketika rintik hujan mulai turun.

"Ga bakal basah dalem mobilnya kok." Iyok ikut menatap gerimis di luar jendela.

"Bukan gitu, kamu nanti basah pas sampe mobil. jaketku kan ada penutup kepalanya, lah kaosmu?" tak sadar Iyok melirik baju pendek yang ia kenakan. "yah pasti kuyup deh." batinnya.

"Jadi maksudmu aku bakal bikin mobilmu basah gitu?" nada ketus itu terlontar.

Fano menggeleng, "Bukan gendut. Nanti kamu sakit kalau keujanan terus kena ac." jelas Fano dan Iyok diam saja.

Cemilan | FaYok vers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang