"—selamat malam." Kecup kilat mendarat di kening Iyok yang tidurnya pulas sekali.
Fano pelan-pelan turun dari kasur. Selimut ditarik sampai menutupi pinggang pencuri hati. Udara cukup dingin tapi malah buat Fano pengen duduk di teras. Penat katanya.
Rokok baru nyala dan langsung dihisap. Hembusin asap yang berharap bisa bawa pusingnya ikut pergi.
Sepi sekali. Fano tertawa hambar. "Emang cuma aku yang berjuang kayaknya." Lalu hisap lagi racun yang buat candu.
Ponselnya berkedip. Pesan dari Iyok masuk penuhin bar notifikasi.
Mbul🐹
Kemana?
Aku bangun, kamu ngilang
Kemana kamu?
Aku marah nih
read 23.03Terkekeh lalu membalas
Teras sayang
read 23.03
Suara langkah terdengar terburu. Pintu terbuka. Iyok muncul dengan badan berbalut selimut dan muka tertekuk. "Sialan. Malah ngerokok. Ganti baju kalau mau tidur nanti."
Mereka duduk berdampingan. Fano masih merokok sedangkan Iyok acuh membiarkan, sebab Fano memang belum merokok seharian.
"Fano, kamu auranya kayak abis ujian gitu. Pusing banget keliatannya."
"Menurutmu, sejauh mana lagi aku harus berjuang buat dapetin kamu?"
Iyok menegang. Kok jadi serius begini?
"Aku gak tau. Dipikirin terus malah buat mumet, Fano."
Fano terkekeh, tapi jenis tawa yang bernada lelah. "Maksudmu aku gak perlu gerak lagi?"
"Coba dibuat ngalir aja."
Fano geleng kepala dan matiin rokoknya paksa ke asbak. "Apa ini maksudnya kamu suruh aku buat nyerah?"
Iyok nunduk. Remas selimut yang bau Fano sekali. "Enggak. Jangan."
"Kamu egois kalau gitu. Mau aku perjuangin tapi gak mau kasih kepastian."
Di duduknya, Iyok mengkerut takut. Fano sadar kalau tadi suaranya meninggi. Menoleh dan dapati manisnya bergetar. "Yok."
Fano duduk bersimpuh. Dua lututnya jadi penopang badan. "Hey, jangan gini. Tatap aku. Tarik napas pelan coba."
"Aku emang gak jelas, huuuh.." Bibir Iyok mengerucut dan maniknya terlapisi cairan bening.
"Kok nangis?" Fano membenarkan posisi selimut yang merosot di pundak Iyok.
"Kita masuk. Bahasan ini jangan diungkit lagi."
"Kamu nyerah?"
Fano menghentikan pergerakan tangannya. Memandang teduh wajah Iyok yang berjarak sekepalan tangan. "Enggak. Dibilang kalau lelah mungkin istirahat aja. Gak bakal nyerah, sayang."
Iyok menunduk. Membubuhi ciuman lembut di pipi Fano.
"Eh?" Fano kaget. Jelas saja.
Terkikik, Iyok menghapus air mata yang turun tanpa aba-aba. "Gak boleh curi ciuman. Izin dulu."
Lalu jarak terbuka cukup lebar. "Kamu tadi belum tidur emang?"
Iyok memutar bola mata. "Kebangun lebih tepatnya. Kamu sih pindahin kepalaku ke bantal."
Menarik selimut yang otomatis ikut menarik badan Iyok agar semakin mendekat. "Bilang kalau nyaman tidurnya di peluk."
Aroma citrus segar berbalut menthol dari rokok Fano terendus Iyok. Bau yang sangat disukai.
"Ayo tidur. Aku peluk sampai pagi."
Dan mereka berbagi satu selimut, berbagi suhu tubuh dan berbagi ruang hati untuk ditempati bersama.
Malam ini, dua kecup di dahi dan pipi tercuri. Serba mendadak dan tidak teratur polanya.
Di gelapnya malam seperti manik Fano, tangan panjang itu merayap sepanjang punggung sampai pinggang si manis. Memberi afeksi lebih namun belum sampai melewati batasan.
Caramel tidur lelap berbantal dada Fano. Degup jantung itu jadi melodi indah pengantar tidur, sempurna.
Mereka; dua hati yang terikat peran sahabat namun perlakuan manis melebihi aturan yang berlaku.
Ya, emang satunya seneng modus, dan satunya lagi seneng dimodusin.
END
1 Februari 2020
[A/N]
Terakhir ya, kalau khilaf mungkin post instagram aja nanti malam, hehehe..Selamat istirahat
Pssst, Stupid F besok jam 9 pagi, ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cemilan | FaYok vers ✔
Юмор2019, Cerita singkat dua anak adam yang ngakunya sahabat tapi saling kode ambigu. *debut story; 16/10/2019 on Stupid F *debut work; 23/10/2019 *graduation; 02/05/2020 _______________ story; kejukopi original cover; tumblr design cover; kejukopi