Masih hujan, suasana hening dominasi seban keduanya; Fano dan Iyok, malah perang sama pikiran sendiri.
Iyok duduk di depan jendela, membuat uap dengan hembusin napas hangat ke kaca.
Fano tiduran di kasur, matanya kosong tatap plafon.
"Sini, Yok. Dingin loh." Fano tepuk sisi kasur yang kosong.
Udara dingin campur lembab membungkus keduanya. Melupakan hangat lewat skin-to-skin sebab pikiran ribut dalam otak minta diselesain.
"Kamu gak ngerokok?" Iyok cuma noleh, gak niat mau jalan mendekat.
"Aku ngerokok dilarang, gak ngerokok malah ditanyain. Maumu apa, Mbul?"
Geleng kepala. Ia juga tidak tahu jawabannya, itu hanya buka obrolan.
"Mau cerita?"
Lagi, Iyok cuma geleng. Lama-lama gerakannya kayak boneka di dashboard mobil.
"Cari makan, yuk." Ajak Fano, bangun lalu mendekat ke Iyok.
"Ujan. Nanti sakit."
Fano acuh, dua tangannya peluk pinggang Iyok, dagunya nempel di pundak si manis. Hirup rakus kayu manis yang tenangin batin.
"Gak bakal. Pake mobil, kamu pake jaketku biar anget."
Iyok malah sandarin kepala ke badan Fano. Nyaman. "Peluk gini juga anget."
"Abis makan, aku peluk sampe sesak. Yuk, makan dulu." Fano malah eratin pelukan.
"Ngajak makan tapi malah dipelukin terus." Iyok terkekeh. Gak mau lepas hangat, tapi perut juga minta makan.
"Sebentar. Lima menit."
Akhirnya malah sepuluh menit back hug dan ngobrol di mobil yang belum nyala setengah jam. Susah kalau jatuh cinta, logika jadi mati.
END
25 Januari 2020
[A/N]
Hujan, bos
KAMU SEDANG MEMBACA
Cemilan | FaYok vers ✔
Humor2019, Cerita singkat dua anak adam yang ngakunya sahabat tapi saling kode ambigu. *debut story; 16/10/2019 on Stupid F *debut work; 23/10/2019 *graduation; 02/05/2020 _______________ story; kejukopi original cover; tumblr design cover; kejukopi