Fano coming to town

1K 129 24
                                    

Natal kali ini mendung. Hujan enggak, panas enggak, jadian enggak.

Iyok duduk bersila di depan pohon natal berukuran setengah meter dengan banyak kado di bawah kaki pohon buatan tersebut.

Iyok duduk bersila di depan pohon natal berukuran setengah meter dengan banyak kado di bawah kaki pohon buatan tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kado buat aku mana?" Iyok berjalan ke arah Fano yang sedang duduk bersama mama dan mbak Bilqis.

"Kado? Emangnya kamu anak kecil apa?" suara Fano ketus sekali, Iyok sampai gigit bibir mendengarnya.

Mendengus lalu menghentakkan kaki. Iyok berniat tidur lagi aja di kamar setelah melihat jam menunjukkan pukul 6 pagi, masih terlalu awal untuk bersiap ke gereja.

"Kesel." Menendang angin sampai selimut yang sudah terlipat rapi kembali berantakan.

Pintu kamar terbuka. Musk Fano tercium sampai di tempat Iyok tidur. Suara langkah kaki mendekat. Iyok total acuh dengan gaya membelakangi.

"Ngambek?" itu Fano. Suara huskynya menggelitik liang telinga Iyok.

"Siapa ya anda?"

"Ngambek masa." Fano ikut bergabung tiduran bersama Iyok.

"Sana jauh-jauh. Kamu ngabisin oksigen aku." Iyok mendorong bahu Fano sampai lelaki jangkung itu telentang.

Fano tertawa. "Itu liat hadiahmu." Fano menunjuk ke arah sudut ruangan.

" Fano menunjuk ke arah sudut ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ih masa kinderjoy seember." Iyok duduk lalu menerjang Fano kesal. Wajahnya memerah.

Merasakan Iyok yang memukulnya brutal, Fano mencoba bangkit lalu mematikan lampu kamar.

"FANO. GELAP. TAKUT." Iyok menjerit.

"Liat ke meja, Yok."

"Apaan itu?" Iyok jalan menuju satu-satunya cahaya di atas meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apaan itu?" Iyok jalan menuju satu-satunya cahaya di atas meja. Kamar total gelap karena jendela belum dibuka.

Fano berdiri di belakang Iyok. Menikmati wajah kebingungan sang sahabat. "Kotak musik."

Iyok speechless. Tersenyum senang sampai wajahnya begini(^v^).

"Ini hadiah buat kamu." Mengambil kotak kecil di laci meja lalu memberikan kepada Fano.

Fano membuka kotak tersebut; jam tangan.

"Iyok makasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Iyok makasih." Suara Fano diacuhkan karena Iyok sibuk memutar-mutar kotak musiknya. Mencari tahu letak tombol dan lobang charge.

"Yang kuning ini korek elektrik ya, Yok? Wah aku ga perlu lagi bawa korek gas lagi."

"Mahal ga, Yok? Maaf ya aku cuma bisa kasih kamu kotak musik doang."

"Yok."

"Iyok. Denger aku gak?" Fano menepuk pundak Iyok.

"Eh denger kok. Iya ini bagus. Aku suka." Iyok tersenyum sambil mengangkat kotak musiknya tinggi-tinggi, mengabaikan Fano yang mengelus dada sambil menggeleng pasrah.

END

25 Desember 2019

[A/N]
Ada yang rindu Cemilan?

Cemilan | FaYok vers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang