pipi

774 73 36
                                    

Seharian penuh mereka habiskan keliling Semarang. Makan di banyak tempat. Jajan di banyak gerobak. Sampai foto di banyak sudut kota.

Fano total rindu senyum manis gula kapas milik Iyok, maka tidak boleh dilewatkan setiap tarikan bibir dan binar ekspresif dari sahabatnya itu. Fano siap merekam di memori terdalam otaknya.

Sore, mereka hanya jalan santai setelah meninggalkan mobil di pelataran parkir mall.

Sore, mereka hanya jalan santai setelah meninggalkan mobil di pelataran parkir mall

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fano menggenggam tangan Iyok agar yang lebih muda tidak memberi jarak terlalu jauh. Fano tidak ingin Iyok hilang dalam pandang atau lingkar hidupnya.

Tercatat jelas Iyok sekarang menjadi pusat bahagia Fano. Seminggu tidak saling tahu keadaan, hampir membuat Fano melakukan aksi sabotase rumah Iyok agar bisa masuk dan mengacak teritori Iyok.

Tidak tahu saja jika sekarat rindu Fano menyakitkan. Tidur tidak teratur, jadwal makan kacau, kerjaan hanya melamun dan menghabiskan oksigen.

Maka setelah keinginan Iyok untuk bertemu tidak disia-siakan begitu saja.

"Pegangan gini kayak mau nyebrang." Suara Iyok di belakang terdengar Fano.

Menoleh, mendapati kulit wajah Iyok yang memerah karena sinar matahari. "Biar gak ilang. Aku mau sama kamu terus soalnya."

Iyok berdecih. Tahu sekali kalau Fano sedang menggombal. "Nanti balik laginya jauh. Capek." Keluh si muda.

"Kamu tunggu aja di tempat jual esnya. Aku yang balik buat ambil mobil. Lagian ide jalan begini kan dari aku. Mana bisa siksa kamu lama-lama buat jalan jauh."

Iyok melihat jingga di belakang kepala Fano. Latar indah dengan senyum khas Fano menyenangkan matanya.

"Kamu capeknya sendiri dong?"

Fano berhenti dan otomatis Iyok ikut berhenti. Tangan mereka masih saling menggenggam. "Gak apa."

"Kenapa?"

Fano menaikkan alisnya, bingung atas pertanyaan Iyok.

"Kenapa kamu mau capek-capek buat aku."

Lengkungan indah terkembang di bibir Fano. Gigi besar itu terlihat putih bersinar. "Karena aku sayang kamu."

Iyok tersentak tidak hanya pernyataan barusan tetapi juga ketika Fano kembali membuka langkah sehingga Iyok harus menyesuaikan tiap-tiap langkah.

Disorientasi.

Iyok disorientasi kesadaran sampai ia duduk di kedai es.

END

15 Januari 2020

[A/N]
Selamat istirahat semua :)

Kadang yang tersenyum tidak selamanya baik-baik saja —kejukopi

Cemilan | FaYok vers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang