hangat

882 114 11
                                    

Musim hujan sudah mampir di langit Semarang. Dingin menelusup kurang ajar sampai ke tulang Fano. Memang ia bersuhu tubuh dingin, tetapi metabolismenya rendah.

Iyok baru selesai mengganti baju usai mereka kehujanan.

Kamar Fano lembab. Iyok mematikan AC dan menyalakan penghangat ruangan.

"Kamu demam?" Iyok duduk di sebelah Fano.

"Enggak. Dingin doang." Fano kemudian menepuk kasur di sebelahnya agar Iyok tempati.

"Mau aku buatin susu anget?" tany Iyok tidak tega melihat tubuh Fano gemetar hebat.

"Peluk aja." Fano merentangkan tangan.

"Ogah. Nanti aku ketularan."

Fano tidur telentang. "Aku cuma kedinginan. Bukan sakit, Yok."

Iyok tidur menghadap ke kanan dengan kepala di topang telapak tangan. Menjatuhkan atensi pada manik arang. "Aku ambilin selimut tambahan aja deh." Tawar Iyok.

Fano total abai. Menarik pinggang Iyok sampai lelaki itu menindih tubuhnya.

 Menarik pinggang Iyok sampai lelaki itu menindih tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Fano!" pekik Iyok kaget.

"Sebentar, Mbul. Dingin. Kamu anget kayak bakpao dalam kukusan."

Iyok bisa merasakan nafas hangat Fano menyentuh lehernya.

"Aku berat."

"Enggak. Udah diem. Gini aja sebentar doang." Tangan Fano melingkar sepanjang pinggang Iyok. Merapatkan tubuh mereka.

Hangat Iyok membungkus Fano. Selimut jatuh ke lantai.

Hujan masih berjatuhan. Dinginnya tidak lagi Fano rasakan begitupun Iyok. Mereka berbagi hangat suhu tubuh.

END

03 Januari 2020

Cemilan | FaYok vers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang