cokelat dan malam

679 65 16
                                    

Penghujung hari, malam menjelang semakin larut. Melepas penat setelah seharian berkutat dengan pekerjaan, helaan napas akhirnya keluar lepas dari mulut. Sesak terasa melegakan mesti tidak menenangkan.

"Pulang ke sini, No?" Mama Sandra membuka pintu rumah. Mendapati sahabat anaknya berdiri menjulang di depan pintu dengan tas bergelayut malas di pundak.

"Enggak. Aku cuma mau kasih titipan Iyok aja, ma." Fano mencium punggung tangan perempuan cantik yang menyandang gelar sebagai ibu dari manisnya.

"Naik aja. Iyok di kamar."

Meniti tangga dengan hati-hati. Bohong jika rasa gugup tidak menghantui meski sering bolak-balik ke sini, nyatanya Fano selalu merasakan euforia saat menginjak dari tangga pertama.

"Fano?" Iyok menyambut. Terkejut karena tidak berekspektasi tinggi atas kehadiran Fano malam ini.

"Iya, aku. Kaget sekali kayaknya." Fano masuk. Duduk di bibir kasur. Melepas tas dan memberikan satu bungkus roti cokelat yang Iyok inginkan.

Mata sewarna madu itu membelalak senang. Menutup mulut yang terbuka sebab ingin berteriak, Iyok menerjang Fano dengan pelukan sebagai ucapan terima kasih. "Aku gak nyangka kamu iyain mauku. Dikira malas, hehehe.."

Fano mencubit pipi putih bersemu merah yang terlihat lezat. "Prioritas, sayang."

Menunduk, menahan hasrat untuk malu-malu walau kenyataannya rona samar tidak bisa ditutupi.

"Aku pulang sekarang." Fano bangkit. Kembali menyampirkan tas di salah satu pundak.

Iyok ikut berdiri. Sejajar meski tidak setara. "Gak nginep?" tanya Iyok.

Fano menggeleng. "Rindu aku emangnya?"

Iyok diam.

"Besok, ya? Aku ada kerjaan sekarang."

"Apa?" tanya dengan nada penuh selidik, Iyok memicingkan mata.

Fano terkekeh. "Ceritain hebatnya kamu semalaman ke mamaku. Dia mau tau."

Iyok berjinjit. Memeluk leher Fano dan menenggelamkan wajah di perpotongan leher lelakinya. "Andai aku seberani kamu."

Membalas peluk yang tak kalah erat, Fano mengusap punggung si manik caramel. "Akan ada saatnya, Yok."

Malam..
Cokelat di iris kembar Iyok menahan bulirnya. Sesak sekali harus merahasiakan cerita jatuh cinta pada orang lain disaat ia ingin menunjukkan betapa beruntungnya memiliki Fano.

Malam..
Ketika gelap semakin pekat,
Ketika gemerlap tidak lagi lekat,
Dan ketika dekap berlalu cepat,
Keduanya mencecap pahit dari rasa yang datangnya terlambat.

END

28 Februari 2020

Cemilan | FaYok vers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang