resah

752 84 13
                                    

Siang hari, Fano terdampar di sofa ruang tamu rumah Iyok bersama mama sahabatnya. Iyok sedang mandi. Niatnya mau bikin video, gak tau realisasinya gimana nanti.

Di depan mereka sudah ada dua gelas jus jeruk dan stoples berisi kue kering yang seingat Fano ia belikan untuk Iyok.

"Kalau pulang kemaleman, si adek ajak nginep aja, No. Naik mobil malem sendirian serem tau, takut dibegal. Adek gak bisa beladiri."

"Boleh anaknya aku culik?"

Mama terkekeh. "Bilang dulu tapi kayak biasa. Jadi mama gak nunggu."

"Mama gak ngerasa gimana gitu kalau Iyok sama aku terus?"

Mama menunduk. "Bohong kalau pikiran aneh gak lewat, cuma kalau belum ada bukti mama gak bisa apa-apa."

Fano meremas jemarinya. "Aneh kayak gimana, Ma?"

Melihat gestur Fano yang gusar, Mama ikut resah. "Dekat kamu sama Iyok tuh beda kayak kalian ke Erza atau Kevin atau Wayan. Bisa simpulin sendiri?"

Fano mengangguk dengan gerakan patah-patah. "Jadi gimana biar pikiran mama tenang?"

Tersenyum meski hanya simpul tipis Mama mengelus kepala Fano sayang. "Mama tenang kalau adek sama kamu, kayak dijagain sama kakak laki-laki. Ya Mama bisa bilang ini ke kamu, tolong jaga batasan. Tau kan norma di Indonesia?"

Lagi-lagi hanya bisa mengangguk. Fano mati gaya. "Aku masih boleh kan main sama Iyok?"

Mama menyentuh kedua pipi Fano agar lelaki yang sudah ia anggap anaknya sendiri ini melihat wajahnya. "Boleh, No. Boleh banget. Selagi belum ada tanda-tanda atau gerakan berlebihan yang mama liat, mama itu cuma spekulasi yang gak ada dasarnya, kan?"

Mama Iyok menarik napas berat. "Ngelarang pas belum ada bukti, jahat namanya. Mama gak mau jahat ke Iyok sama kamu."

Manik arang Fano bergetar. Mama jadi tidak tega sudah mengatakan keresahan yang menghantui pikirannya. "Jagain adek semampu kamu."

Fano bergeming. Tangan hangat mama Iyok masih menempel di kedua pipinya. "Ma, maaf buat Mama mikir begitu. Aku.. aku.." Tenggorokan Fano kering mendadak.

"MAMA!" Iyok setengah berlari menghampiri mamanya. "Jangan pegang. Genit deh."

Mama tersenyum lalu menepuk pundak Fano dan berdiri. "Inget omongan mama? Sekarang sih gak apa cuma kalau ada bukti, boleh larang sebentar buat kasih jeda?"

Iyok bingung tapi melihat Fano hanya diam dan mengangguk membuatnya kepo.

"Ada apa? Ngomongin apaan kalian?"

Mama mengelus lengan atas Iyok. "Mama sayang adek. Tau, kan?"

"Ada apa sih? Suasananya serem gini."

Iyok melihat Fano yang masih diam menimbulkan pertanyaan besar di kepala.

"Mama ke kamar. Kalian hati-hati di jalan."

Hening setelah mama pergi. Fano kemudian bergerak cepat mengambil kunci mobil dan melangkah. Mengabaikan rentetan pertanyaan tanpa jawab dari Iyok padanya.

END

08 Januari 2020

Cemilan | FaYok vers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang