kopi

1K 119 15
                                    

Malam semakin larut. Bulan berbentuk bulat utuh. Sinarnya masuk sampai kamar.

Mereka; Iyok dan Fano, duduk dengan pikiran mengawang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka; Iyok dan Fano, duduk dengan pikiran mengawang. Gamang.

"Aku masih belum bisa milih, Yok." Fano meremas gelas. Perasaan sedih menyeruak.

Iyok tertawa sinis. "Jangan ke aku. Jelas aku bukan pilihan. Aku juga gak mau kalau pada akhirnya malah sakit."

Fano melihat Iyok menunduk. Atensi sepenuhnya tercurah pada gelas berisi kopi yang asapnya masih mengepul.

Keduanya enggan mengalah namun enggan berjuang. Keduanya terjebak emosi dan ilusi.

"Kamu mending ambil sikap. Kalau mau ya maju, berhenti di sini tandanya nyerah. Aku bilang jangan dipaksain." Iyok menatap nanar bulan yang menjadi raja langit. Berdiri sendiri tanpa teman namun tetap terlihat hebat.

Ada kesedihan dalam nada suaranya. Rasa asing yang beberapa bulan ini tercecap seolah hanya halu.

Rasionalitas Iyok mati. Mengabaikan perasaan Fano yang harus turut dipertimbangkan. Di sini mereka sama-sama sakit. Mereka sama-sama bingung. Mereka sama-sama hilang arah.

"Kamu masih mau nunggu?" Fano memandang wajah lelaki yang lebih muda. Sorot caramel itu sendu, ada titik ragu di sana.

"Kopinya pahit. Boleh pinjam janjimu?"

Sarkas.

Fano benci keadaan yang menyesatkan ini. Jelas ia bingung; dua orang, satu pilihan.

"Yok." suara Fano pelan. Lirih seperti bisikan angin namun masih bisa ditangkap rungu Iyok.

"Ayo berenti, No. Kalau dilanjut bakal banyak yang harus dikorbanin. Aku gak mau jadi makin jahat dengan keadaan." Iyok berdiri. Meletakkan mug yang baru diminum isinya seperempat.

"Jadi nyerah sebelum dimulai?" Fano ikut bangkit. Gelas mereka berdiri berdampingan.

Iyok memunggungi Fano. Seluruh badan menghadap jendela. Membiarkan belaian angin menjamahnya.

"Kita bahkan belum mulai. Jadi apanya yang diakhiri? Toh, dari awal emang kitanya kebawa perasaan aja."

Sakit.

Ada belati menusuk ulu ati. Fano menegang.

"Aku pulang. Tidur abis ini, besok kita syuting konten."

Fano berjalan ke arah pintu dan menutupnya.

Di dalam, Iyok memeluk diri dengan perasaan luar biasa sesak.

Di luar kamar, Fano melimpahkan seluruh bobot tubuh pada dinding. Mencari kekuatan akibat setengah hatinya yang patah.

END

25 Desember 2019

[A/N]
Sekian Cemilan hari ini.
Penutupnya bikin kesel, kan?

Cemilan | FaYok vers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang