telak

724 70 14
                                    

Kalau misalnya waktu boleh berhenti sejenak, Fano minta kali ini biarkan Iyok rebah nyaman di lengan kiri yang kepalanya terkulai pasrah dekat dada.

Nyaris jatuh cintanya semakin dalam sampai susah ngais ke atas lubang karena terjerembab telak.

"Gak pernah capek buat sayang terus? Kebiasaan, siksa pakai acara nabung tapi malah nyamperin."

Iya, tadi sore. Tepat lima hari gak ketemu karena sama-sama sibuk. Iyok bilang di hari ketiga buat tahan sampai keduanya bebas tugas. Kenyataan yang ada malah si gembul tau-tau seruduk masuk rumah, pas tau yang buka pintu itu Fano, terjangan peluk gak habis dikasih sampai sesak.

Bahagia

"Bisa insom kalau perhatiin kamu tidur kayak sekarang. Padahal pengen hidup lama sama-sama. Dilewatin buat tidur jatohnya sayang, ngelewatin kamu yang anteng begini langka."

Fano terkekeh. Kebiasaannya sekarang kalau Iyok nginep dia bakal begadang. Gak capek puji serta puja Iyok yang lelap.

"Peletnya apa sampai aku sebegini maunya milikin kamu? Hebat sekali."

Menciumi pucuk kepala Iyok yang beraroma buah segar. Cinnamons juga menguar lembut.

"Boleh patenin kamu gak buat aku aja?"

Caramel itu masih terpejam. Tidak terusik bisik Fano di depan kuping.

"Aku bilang cemburu juga kamu anggap boongan."

Menarik selimut sampai pinggang.

"Mau egois, tapi kamunya belum kasih kepastian."

Fano mengelus sepanjang punggung Iyok.

"Begini dulu sampai kita damai sama semuanya; Balqis, Laura, dan orangtua."

Mendekap Iyok semakin erat. Fani akhirnya ikut terpejam setelah jam tiga dini hari jelas tunjukin diri di dinding.

END

23 Januari 2020

[A/N]
Selamat malam, terima kasih sudah berjuang hari ini.

Selamat istirahat..

Cemilan | FaYok vers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang