ngasal

688 65 7
                                    

Minggu.

"Fano."

"Hm"

Yang dipanggil menoleh santai, tangannya masih rangkul pinggang Iyok yang duduk di kasur sedangkan dirinya tidur malas tanpa atasan. Muka menghadap perut bulat manisnya.
Selimut tutup kaki mereka meski udara tidak seberapa dingin. Siaran berita cuaca dihiraukan sebab tidak peduli bagaimana keadaan di luar; di sini hangat dan itu cukup.

"Jadi pergi?"

"Iya."

"Jam?"

"Sepuluh."

"Pulang?"

"Jam delapan."

Cuma gumam 'oh'. Fano menyandarkan kepala di paha Iyok. Posisi ena buat tidur lagi. Lupa kegiatan hari ini, semua ditunda demi istirahat sebelum besok kembali pisah buat ngisi seminar.

"Tidur di sini?" Fano mendongak ketika melihat manik caramel itu berair dan memerah; ngantuk, bos.

"Males, bangun besok liatnya mukamu lagi terus ditinggal kerja." Jemari Iyok mengelus surai Fano, reflek yang selalu disuka.

Mendecak, tangan Iyok diambil dan diciumi tiap buku jarinya. Seketika TV hilang eksistensi.

"Bener gak mau tidur di sini?"

"Bener. Sore nanti anter pulang."

Fano mengangguk asal. "Kalau kangen chat aja."

Mendecih. "Ngomong sama kaca. Tengah malem dateng terus pukul rumah orang pake batu."

"Kerikil, sayang."

"Sayang, sayang, emang aku sipatokaan."

Fano tertawa.

Dan Minggu, berakhir lagi sama seperti sebelumnya; cuddling di kamar seharian.

END

26 Januari 2020

[A/N]
Hangover, cuk

Cemilan | FaYok vers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang