cemburu?

871 79 5
                                    

Fano kesal setengah mati. Iyok abai dan sikap acuhnya membuat Fano frustasi.

"Bilang kamu kenapa? Aku salah? Kebiasaan diem pas ada masalah gak nyelesain." Fano menyentuh pundak Iyok. Tidak menekan namun tidak pula terlalu lembut.

Iyok seperti sedang menutupi sesuatu. Fano tidak bisa menebak apapun. Pikirannya lumpuh.

Menatap yang lebih tua dengan mata menyipit. "Aku marah sama kamu, tau gak?"

"Kalau kamu tanya aku, aku tanya siapa?"

Iyok muak. Emosinya sudah membuncah. "Kamu bilang abis anterin aku pulang langsung pulang juga. Bohong."

Semalam setelah mereka buat konten, Fano iring-iringan dengan mobil Iyok karena mereka tidak saling jemput dan berakhir membawa mobil masing-masing.

Janji Fano setelah memastikan Iyok masuk ke dalam rumah ia akan langsung pulang, namun realita tidak sejalan dengan rencana.

"Aku pulang, cuma mampir ke kosan Alvin."

"Peduliku apa?"

Fano mengusap wajahnya kasar. Ingin marah namun Iyok pasti lebih meledak nantinya. "Gak peduli tapi marah? Aku harus apa? Coba jelasin?"

"Bodo."

"Mbul." Fano membawa wajah Iyok untuk menatapnya. "Lampu kamar Alvin semalem mati. Anak-anak pada tidur, tau kan kalau mereka tidur bangunnya susah? Alvin telfon aku buat benerin lampu doang."

Iyok cuek tapi mendengarkan.

"Abis lampunya nyala ya aku pulang. Cuma satu jam di sana, Mbul."

"Jauh sana. Males."

Fano terkekeh. "Kalau jauh nanti rindu."

"Siapa?"

"Siapa aja yang rasa."

Iyok mencubit lengan atas Fano. "Gak usah jelasin perkara Alvin ke aku lagi. Gak peduli."

"Masa? Gak peduli tapi dengerin. Kan bisa pas aku lagi ngomong tadi kamu pergi atau pasang headset gitu."

Kesal tak terbendung, Iyok menendang tulang kering Fano sampai sahabatnya itu mengadu kesakitan. "Rasain. Sana minta tolong Alvin obatin."

Iyok membanting pintu kamar.

"Cemburu bilang, Mbul." ucap Fano setengah teriak.

Iya jangan ditahan, nanti dia gak tau.

END

09 Januari 2020

Cemilan | FaYok vers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang