rumah

757 110 25
                                    

"Ekhem.. Jadi mau nginep?" tawar Fano. Suasana mobil sangat akward. Mereka terjabak macet, hujan dan keadaan dingin.

"Mau pulang." Ini kalimat sama yang Iyok lontarkan lebih dari lima kali.

"Mama kamu pasti udah tidur. Tega bangunin dia cuma buat buka gerbang?" Fano masih mencari cara agar Iyok mau menginap.

Sumpah, bukan ingin bertindak yang iya-iya, Fano peduli dengan Iyok yang masih ketakutan akibat ulahnya. Untuk itu, Fano berniat menebus kesalahannya dengan membiasakan Iyok untuk selalu bersamanya agar trauma itu hilang. Terkesan memaksa memang, tapi jika tidak dipaksa maka Iyok akan semakin takut dengan Fano.

"Tidur di rumah ku, ya?" ajak Fano.

Iyok diam. Pandangannya kosong.

"Yok. Janji deh aku tidur di sofa ruang tamu, kamu tidur di kamarku." Fano menyentuh lengan atas Iyok.

"Katanya gak mau ninggalin." Iyok melipat tangannya di depan dada.

Iyok kembali.

Fano tersenyum lebar. Lebar sekali.

"Jadi gak mau aku tinggalin?" Fano the real Satan. Ia sudah berani menggoda Iyok.

"Heh, kamu udah curi ciuman dari aku sampe aku trauma barusan. Sekarang main tinggal aja. Gak bertanggung jawab!" Semprot Iyok.

Fano kaget bukan main.

"Itu bukan ciuman. Orang aku cuma lumat dikit doang."

"Bahas terus. Aku suruh kamu ciuman sama knalpot mobil baru tau rasa." Iyok mencubit perut Fano.

Fano rasa tidak ada salahnya mengajari Iyok tentang ciuman lain kali.

END

01 Januari 2020

Cemilan | FaYok vers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang