jalan

1K 127 23
                                    

"Aku bosen, No

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku bosen, No." Iyok menghela nafas. Mug berisi cokelat hangat dan marshmello tidak membuat moodnya bagus.

"Mau ngapain jadinya?" Fano mematikan siaran tv. Tidak ada yang menarik kecuali berita penghapusan UN, penyusupan mobil mewah dan banjir.

"Jalan gitu." Iyok menatap si manik arang yang duduk di sebelahnya.

"Kemana? Dingin gini juga. Lagian jalanan macet."

Iyok menyesap cokelatnya. Berfikir sejenak sebelum ide konyol terlintas. "Jalan-jalan aja di sekitar komplek. Kali aja ada jajanan lewat."

Dahi Iyok langsung di sentil Fano. "Aku tau kamu gak pinter, tapi jangan kebangetan lah, Yok. Ini udah jam dua belas malem, yang keluar jam segini paling mbak kunti doang."

Iyok setengah menjerit karena takut. "Jangan dipanggil. Nanti dia dateng." Mata Iyok awas menjelajahi ruangan, memastikan hanya ada mereka saja.

Fano terkekeh.

"Jalan aja ayok. Cari angin." Keinginan Iyok sepertinya mutlak.

"Masuk angin yang ada."

"Yaudah aku keluar sendirian aja."

"Iya iya.. Nih pake jaketku." Fano melempar jaket yang ia sandarkan di lengan sofa.

Mereka berjalan sekitaran rumah Iyok saja. Angin berhembus lumayan kencang.

"Nih" Fano membuka telapak tangannya. Iyok paham.

Kedua tangan saling bertautan di bawah langit kelam malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua tangan saling bertautan di bawah langit kelam malam.

"Sepanjang jalan kenangan~" Fano bersenandung pelan.

"Kita s'lalu bergandeng tangan~" disambung Iyok.

Fano menoleh lalu tersenyum lembut. "Sepanjang jalan kenangan~"

"Ku peluk dirimu mesra~" dan setelah menyelesaikan baitnya Iyok tertawa keras. Membuat Fano bergidik ngeri.

"Kamu kesurupan, Yok?" ketika Fano menghentikan langkah, Iyok otomatis ikut berhenti. Tautan mereka masih erat. Menghantarkan hangat sampai rongga dada.

"Kita lucu aja."

Alis Fano terangkat. "Lucunya?"

"Nyanyi lagu romantis, pegangan tangan, jalan berdua malem-malem. Kayak pasangan homo aja."

"Kamu juga kalau aku tembak ga bakal nolak, kan?" suara Fano dengan nada menantang.

"Emang." Ketika digas Iyok balik, Fano terdiam.

"Cupu kamu, huuuh~." Sorak Iyok yang berjalan mendahului dengan tangan menyeret Fano.

END

25 Desember 2019

Cemilan | FaYok vers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang