ganti

717 77 16
                                    

"Kalau mau mati kebanyakan ngerokok jangan ajak aku. Sana jauh-jauh buang asapnya, kalau bisa telen sekalian." Iyok mendengus. Total kesal karena Fano selalu membantah ucapan yang ia rasa baik untuk si yang lebih tua.

"Baru satu, Mbul. Katamu boleh dua."

Iyok berdecak. "Emang gak bisa kalau sehari beneran skip rokoknya? Aku muak liat mulutmu kayak cerobong asap gitu."

Fano terkekeh. Menghembus pelan asap ke udara yang langsung hilang bersama angin. Iyok sok mengibas tangan padahal asapnya saja sudah gak ada. "Bisa."

"Yaudah lakuin."

"Asal..." Fano mencondongkan tubuh ke arah Iyok.

"Asal?" Iyok ikut-ikutan mendekat.

"Kasih peluk dua kali sehari buat ganti dua batang yang aku anggurin. Kangen kamu soalnya."

Mendenyerkan kembali punggung pada kursi, Iyok abai. "Halah, mulutmu asu bener. Aku bukan dipeluk malah dijadiin guling."

Fano terkekeh. Ganteng sekali. "Abisnya anget. Kan enak."

"Heh! Pikiranku jadi kemana-mana."

Fano menjentikkan ujung rokok, membuang abu. "Nah itu tau."

Ceritanya mereka lagi santai di belakang rumah Fano; sore, bicara random, Fano dan Iyok dengan dua gelas teh hangat. Nyaman.

END

9 Januari 2020

[A/N]

Bahkan aku lupa caranya tertawa sejak awal tahun ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bahkan aku lupa caranya tertawa sejak awal tahun ini.

Cemilan | FaYok vers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang