manis

853 113 11
                                    

Manis; satu kata, sejuta makna, ribuan obyek.

Iyok dan Fano sedang jalan-jalan santai menikmati akhir pekan setelah minggu panjang berkerja keras, lembur bagai quda.

"Cuacanya bagus ya, No?" Iyok menatap arang berkilat penuh semangat; manik mata Fano.

Fano mengangguk. Setelah hujan mereka langsung pergi, jadi udara terasa lembab dan langit cenderung mendung.

Iyok sebenarnya tergoda oleh penjual gula kapas, bukan sama abangnya, tetapi barang dagangannya.

Fano sudah memberi peringatan kalau Iyok tidak boleh makan dan minum yang manis karena Iyok sedang bengkak gusi karena gigi belakangnya bolong.

"Jangan diliatin terus abangnya." Fano menarik Iyok menjauhi penjual makanan.

"Aku liatin gulalinya, No. Lucu gitu." Iyok tersenyum lebar. Lemak pipi menutupi matanya.

"Sini tak fotoin." Fano mengeluarkan kamera foto. Mengalihkan perhatian Iyok dari pedagang makanan yang semakin banyak berdatangan.

 Mengalihkan perhatian Iyok dari pedagang makanan yang semakin banyak berdatangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Manis." Lirih Fano.

Iyok jalan mendekat. "Gimana hasilnya?"

"Pipimu bulet banget kayak bakpao."

Tulang kering Fano selanjutnya jadi pelampiasan kekesalan Iyok.

END

29 Desember 2019

Cemilan | FaYok vers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang