Jumat sore, hujan, tidak ada kerjaan; surga bagi Fano. Duduk malas di sofa dengan kaki seenaknya naik ke meja lalu nyalain rokok menjadi kegiatannya di petang yang damai.
Iyok mendecih. Total kesal karena seharian ini ia dikurung tanpa kegiatan berarti. Berakhir tidur, bangun, sarapan, nonton tv, tidur dan sekarang baru bangun lagi.
"Inget perjanjian." kata Iyok berjalan ke arah Fano, yang dikasih tahu hanya mengangguk asal.
"Aku laper." Keluh si caramel. Menyenderkan kepala di lengan sofa lalu menaikkan kaki, menindih kaki Fano yang seenaknya melintang.
"Pesen aja. Males angetin makan." Fano kasih ponsel dan diterima dengan suka cita oleh Iyok.
Fano melihat Iyok yang fokus sekali scroll ponsel, iseng menghembuskan asap rokok telak di muka mudanya.
Iyok mengernyit dahi gak suka. Mengibas tangan agar asapnya pergi. Semangat memukul lengan Fano karena tindak kurang ajar barusan. Paru-parunya menyempit, sesak.
"Jangan ngajak mati cepat. Sana telen sendiri itu asap. Ganggu." Iyok menekan tumitnya ke paha atas Fano, dibalas cubit oleh Fano pada betis si muda.
"Gak pernah dengerin aku sih kamunya. Ngeselin jadi makhluk hidup, sana mati." Iyok menusuk dada Fano dengan jempol kaki.
Fano terkekeh. "Mati duluan nih aku? Kamu nanti gak punya pacar. Nyesel loh."
"Banyak yang mau sama aku." Iyok bersedekap. Gaya andalan kalau ingin sombong.
Fano malah meniup asap lagi ke muka Iyok. Kesal dengan tindak semena-mena manik arang, Iyok bangkit dan berniat ke kamar.
"Mau kemana?"
Tangan Iyok ditahan, menoleh malah dapat ekspresi muka Fano yang panik. Lucu.
"Kamar. Di sini gak bisa napas."
Dengan segera, Fano matiin rokok. Menarik Iyok agar duduk kembali di sebelahnya. "Jangan ngambek, Mbul." Menarik hidung Iyok sampai wajah bulat kesayangannya di depan wajah.
"Bau rokok. Sana jauh." Mendorong dada Fano untuk memberi jarak. Sial, jantungnya berdegup kencang.
"Jauhan malah kangen. Sini deket."
"Bodo amat. Jangan ganggu!"
Galak sekali.
Fano tersenyum lalu ubah posisi; melipat kaki dan duduk menghadap Iyok. Menjatuhkan atensi sepenuhnya pada si gembul yang sedang sok fokus menonton berita cuaca.
Nurutin kemauan Iyok buat gak ganggu. Fano buat kegiatan pandangin muka Iyok sampai yang ditatap risih.
Iyok malah merasa canggung karena diamnya Fano itu serem. Apalagi perkataannya tadi kasar. Gak mau lirik Fano, malas buat si arang percaya diri berlebih.
Pintu diketuk dengan suara bapak-bapak dari pengantar makanan. Iyok secepat kilat bangkit dan mengambil makanannya.
"Ayo makan. Aku suapin." Iyok menata makanan di meja makan. Teriak meminta Fano untuk bergabung bergema dari dapur sampai ruang tamu.
Pura-pura ngambek, muka Fano cemberut lalu bibirnya mencebik.
—tapi malah luluh pas liat senyum Iyok yang lebar dengan kedua tangan direntang; gestur peluk.
Makanan gak disentuh. Peluk lima menit jadi re-charge sendiri buat keduanya. Lupain argumen gak jelas. Di sini, Ia tawari bahagia, mubazir ditolak.
END
24 Januari 2020
[A/N]
Mauku apa sih? Nulis narasi baku apa enggak? Bingung sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cemilan | FaYok vers ✔
Humor2019, Cerita singkat dua anak adam yang ngakunya sahabat tapi saling kode ambigu. *debut story; 16/10/2019 on Stupid F *debut work; 23/10/2019 *graduation; 02/05/2020 _______________ story; kejukopi original cover; tumblr design cover; kejukopi