obat nyamuk

860 103 19
                                    

"Mama minta tolong beliin obat nyamuk dong." Tiba-tiba pintu kamar Fano terbuka. Iyok dan Fano yang sedang serius adu PS berjengit kaget.

Iyok mem-pause game. "Oke, Ma." Bangkit langsung menyambar dompet Fano. Seolah dompet dan ibu cantik itu adalah mamanya saja.

Fano terkekeh. Mengambil topi untuk Iyok dan mereka berjalan sebentar ke minimarket di ujung komplek.

"Emang nyamuk sakit harus diobatin? Kan harusnya dibunuh biar gak gigit." pertanyaan Fano menjadi obrolan mereka di perjalanan.

"Bukan gitu konsepnya." Iyok mendengus.

Mereka masuk ke dalam minimarket. Dinginnya AC menyambut.

"Yang oles, bakar, atau elektrik?" tanya Iyok setelah berada di rak obat nyamuk.

"Bedanya?" Fano menggaruk belakang kepalanya. Ia bingung.

"Mama biasanya pake yang mana?"

Fano angkat bahu, Iyok mendesah lelah.

"Kamu kalau malem biar ga digigit nyamuk pake apa?"

"Aku cuma tutup jendela sama pintu terus nyalain AC. Paling semprot pengharum ruangan."

"Pengharum ruangan bukan obat nyamuk semprot?"

Fano menggeleng. Ia menunjuk botol pengharum ruangan dengan label jeruk lemon yang dipajang di rak sebelah.

"Beliin obat nyamuk yang elektrik aja deh. Gak bau terus juga tahan lama."

Fano mengangguk saja. "Kamu gak sekalian mau jajan?"

Iyok tersenyum lebar. "Dijajanin gak?"

"Iya, Mbul. Jangan lebih dari seratus ribu. Aku belum ambil uang di ATM."

Iyok menarik Fano ke sisi lain minimarket. Menunjuk mesin di ujung ruangan. "Itu ada mesin ATM."

Fano terkekeh lalu mengusap rambut lelaki muda di hadapannya. "Yaudah jajan sana. Inget jangan yang manis-manis. Nanti diabetes."

Iyok mendengus. "Beliin aja aku obat nyamuk kalau gitu."

END

04 Januari 2020

[A/N]

Ya maap, masa obat nyamuk di masukin ke book Cemilan. Emang bisa dimakan?
Aduh dasar aku.

Cemilan | FaYok vers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang