katanya

724 75 8
                                    

"Ngapain ke sini?" Iyok terkejut melihat Fano di depan gerbang. Tadinya Iyok ingin buang sampah sampai eksistensi sahabatnya menarik rasional Iyok.

Melempar asal kantong plastik besar ke bak sampah, Iyok menarik Fano duduk di teras.

"Emang gak boleh main ke sini?" Fano hendak menyalakan pemantik namun Iyok dengan cepat menghentikan pergerakan Fano.

"Aku mau oksigen bersih. Nanti aja bakarnya di rumahmu sendiri."

Fano memasukkan kembali korek dan rokok ke saku jaket. Menatap lekat lelaki yang lebih muda dengan pandangan lembut. Iyok salah tingkah.

"Ngeliatnya biasa aja. Malu."

"Hoooh, bisa malu juga. Jujur terus, aku suka."

"Suka aku jujur?"

"Suka kamu juga."

"Halah."

Dan kemudian hening.

"Aku ambil air minum, mau?" tawar Iyok.

Fano menggeleng. "Sebentar aja. Nanti aku pulang."

"Buru-buru banget."

"Urusan di sini udah selesai."

Iyok bingung. "Kamu gak ngapa-ngapain semenjak dateng."

"Ada."

"Apa?" muka Iyok menantang.

"Liatin kamu. Kangen tadi, terus pusing kalau gak ketemu makanya ke sini."

Iyok terkekeh. "Udah gak kangen dong sekarang?"

"Kangen terus. Yuk pulang sama aku. Nginep."

Giliran Iyok menggeleng. "Nabung. Lusa baru ketemu lagi."

Fano berdecak. Harus tahan sampai besoknya besok kalau gini. Sial.

END

09 Januari 2020

Cemilan | FaYok vers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang