katanya lucu

611 57 34
                                    

"Mau kemana kita, No?" tanya Iyok seraya mengayunkan tautan tangan mereka. Berjalan di sepanjang trotoar yang sepi sebab hari masih terlalu pagi untuk beraktivitas di luar ruangan. Apalagi sekarang weekend.

Fano menoleh. Mendapati manisnya tersenyum teramat lebar di Minggu pagi yang cerah. "Ajak kamu keliling taman aja. Udah lama ga kulineran."

Iyok membesarkan bola mata. Terkejut sekali. "Beneran?"

"Bener, sayangku." si jelaga mengeratkan genggaman. "Tapi kamu jangan makan manis banyak-banyak. Kita beli bubur dulu terus baru cari jajanan, gimana?"

Anggukan antusias jadi jawaban.

Matahari belum bersinar terik. Masih jam setengah tujuh, namun pengunjung taman lumayan banyak. Pedagang makanan dan mainan berjejer di pinggiran jalan. Riuh tawa anak kecil yang berlari-larian menyemarakkan suasana.

"Ih, Fano, liat." Iyok menunjuk stroller bayi tanpa pengawasan di dekat area parkir motor. Segera keduanya hampiri bayi tersebut.

"Anak siapa, Fano?"

Si jelaga menatap caramel dengan bingung. "Kalau kamu tanya aku, aku tanya siapa?"

Iyok menggaruk kepala belakang sambil memasang cengir yang ngenges sekali. "Hehehe, abisnya aku bingung mau tanya apaan."

Fano menunduk. Melihat barangkali ada tanda pengenal dari orangtua si bayi atau barang bukti lain yang bisa dijadikan petunjuk.

Tapi nihil.

"Panggil satpam aja, mbul." kata Fano dalam posisi setengah membungkuk.

Tahu-tahu kuping si jelaga disentuh bayi mungil itu. Fano mendekat.

"Ayo, dek, pipisin aja masnya." celetuk Iyok. Fano yang ingin sumpah serapah harus menelan kata-katanya lagi sebab ada bayi polos tanpa dosa yang sekarang sedang menepuk-nepuk pipinya.

"Awas aja Iyok sampe rumah. Abis kamu aku ketekin." batin Fano.

Iyok melihat bayi dalam stroller itu menyukai Fano. "Dedek bayinya suka sama kamu, No."

Si jelaga mendelik. "Cemburu sama bayi kamu?"

Buru-buru Iyok menggeleng. "Enggak ih. Bagus, tandanya kamu kayak bapak-bapak."

"Gendeng kamu, Yok. Kebapakan kali maksudmu."

"Nah iya, hehehe.."

"Iyok, tolong panggil satpam. Kita harus balikin bayi ini ke orangtuanya." pinta Fano.

Segera Iyok pergi ke post satpam yang tidak jauh dari mereka berdiri.

"Anak siapa kamu, dek, ditinggal begini sendiri."

Suara "Da..da..da.." seolah menjawab pertanyaan Fano. Si jelaga terkekeh.

Fano semakin menunduk. Terpaku dengan mata bening si bayi yang persis sekali seperti Iyok. Bau colognenya juga mirip. "Apa ini reinkarnasi Iyok? Ah, tapi kan manisku belum mati."

"Da..da..da.."

Fano mencubit kecil pipi bayi gemas itu. "Kamu kalau gede pasti mirip Iyok deh."

Si bayi terpekik lalu tertawa nyaring. Tangan kecilnya menggapai-gapai Fano untuk semakin mendekat.

"Ini bapak satpamnya, Fano

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini bapak satpamnya, Fano." Iyok berhenti berteriak. "Loh, Fano?" sejurus kemudian Iyok memotret pemandangan yang manis itu.

"Eh, Yok?" Fano berdiri.

"Ini bapak satpamnya. Nah, pak, ini bayi yang tadi saya maksud."

Bapak usia akhir empat puluh tahun itu memelintir kumis tebalnya. "Saya bawa adeknya ke post aja. Terus bakal saya buat pengumuman anak hilang di speaker."

"Adeknya? Saya maksud bapak?" Iyok menunjuk dirinya.

Fano tertawa keras sampai perutnya kram. "Bukan kamu, sayangku. Dedek bayinya."

Iyok menunduk malu lalu bersembunyi di balik punggung Fano.

"Hahaha.." sisa tawa si jelaga membuat Iyok jengkel. "Bawa aja pak bayinya. Semoga bisa langsung ketemu sama orangtuanya."

Menyerahkan stroller pada pak satpam, Fano menggenggam tangan Iyok. "Yuk, cari makan."

Iyok mengikuti saja dengan wajah yang masih menunduk.

"Ho, aspalnya lebih ganteng dari muka aku nih?" goda Fano.

"Eh?" Iyok mendongak. Mata mereka bertemu. Hangat mentari kalah hangat sama tatapan Fani untuk Iyok.

"Katanya kamu dedek bayinya lucu, kataku kamu lebih lucu."

Keduanya kembali berjalan menuju kedai bubur sambil berbicara hal random yang sesekali mengundang tawa Iyok.

END

⌨10 April 2020

[A/N]
Triple up ya, gays.

Aku kehilangan sense romance nih kayaknya.

Cemilan | FaYok vers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang