too much touch

1.1K 80 95
                                    

Warning!
Fanfiction, Romance | AU, Mature,
Explisit content, Fano-Iyok

"Kemana aja? Enak ya pergi tiba-tiba gak kasih kabar terus buat khawatir?" Iyok melipat tangan di depan dada setelah melihat Fano dengan seenaknya masuk ke kamar tanpa salam atau mengetuk pintu.

Piano hilang eksistensi lagi. Iyok berdiri. Berhadapan dengan Fano yang menunjukkan cengir bodoh seolah tak berdosa meninggalkan Iyok tanpa pesan apapun.

"Jadi nyariin nih? Cieee.." Fano mencolek dagu Iyok. Sedikit menunduk guna melihat dengan jelas raut kesal manisnya.

"Penting banget nyariin?" Iyok ketus. Sedikit terdengar dengus yang mengesalkan.

Fano terkekeh pelan, tangannya terangkat mengusap rambut Iyok yang beraroma buah. "Kangen banget sama kamu. Paham?"

Iyok lagi-lagi mendengus. "Kalau kangen kenapa ngilang gitu aja? Emang kamu kira aku enak apa digantung gitu? Bilang misalnya bosen sama aku, Delfano."

Telak.

Iyok dengan menyebut nama lengkapnya adalah neraka. Level marah melewati batas.

Fano mendekap ketat tubuh yang lebih muda. Menenangkan emosi yang sudah diujung ubun-ubun kepala si manik sewarna lelehan madu. "Gak gitu, sayang. Kebangetan semisal kamu mikir aku bosen. Wong aku buru-buru balik dari Bali langsung ke sini, gak pake mampir ke rumah dulu lagi."

Iyok mengintip dari balik pundak Fano, di sudut pintu kamar bersandar apatis koper berwarna hitam. Tas ransel milik Fano juga tergeletak pasrah dekat kaki ranjang. Aroma klanpot serta debu jalan dan samar citrus terendus dari baju Fano yang Iyok dekap itu.

"Bodo! Pokoknya aku sebel." Iyok meremas baju di punggung Fano. Menyalurkan khawatir lewat sentuhan. "Kasih kabar kek walau dikit. Aku mikirnya aneh-aneh tau."

Terkekeh. Dikecup pucuk kepala Iyok, Fano menyandarkan pipi di sana. "Mikir aku ganjen sama cewek seksi di Bali?"

Iyok jelas menggeleng. "Takut kamu diculik Leak terus dimakan organnya. Mending buat aku. Dijual ke pasar gelap, lumayan. Dua milyar loh ginjal kalau laku."

Speechless.

Dekapan semakin erat dari Fano mengaburkan rasa takut. Sejujurnya pikiran buruk tentang Fano selalu melintas dalam benak Iyok kala si manik jelaga itu jauh. Fano itu humble dan sering disalah-artikan orang. Banyak yang baper karena sikap baik lelaki pecandu nikotin yang sekarang juga telah mendeklarasikan dirinya sebagai candu.

"Kangen sekali ya sampai rewel gini, hm?" Fano menunduk, mendapati ujung kepala Iyok yang bergoyang seirama angguk sebagai jawaban.

"Iyok."

Iyok mendongak. Atensinya jatuh pada obsidian gelap yang berjarak singkat dari ujung hidungnya.

"Selamat ulang tahun. Mau kado apa?"

Iyok tersenyum. Mengurai peluk tetapi tangannya masih bertengger di pinggang lelaki yang lebih tinggi beberapa centi itu. "Mau denger doanya dulu, boleh?"

Dari jarak sedekat ini, Fano mengendus bau persik bercampur vanila yang manis dan raspberry. "Diberkati Tuhan atas segala keinginanmu. Menjadi tahun terbaik. Semakin dewasa dalam berpikir dan bertindak. Umur baru jadi pribadi yang baru dan lebih optimis. Disayang semua orang. Sukses atas kerja keras yang kamu tanam. Selalu menjadi kebanggaan keluarga, aku, dan Kifme. Iyok.." Fano menunduk. "Diberikan kemudahan untuk hatimu jawab pernyataanku juga jadi amin yang paling serius aku gaungkan."

Setelah ucapan itu masuk rungunya. Iyok dengan sadar mengalungkan kedua tangan di leher Fano. Mengecup belah bibir tebal berwarna merah keunguan yang menjadi fokusnya selama lelaki bersuara husky itu mengucapkan doa.

Cemilan | FaYok vers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang