pelan

767 83 25
                                    

"Katanya kamu gak suka tidur pake baju."
Fano angguk. "Terus kenapa pas aku nginep pake?" Iyok bersedekap. Membiarkan tahu goreng jadi dingin di atas meja.

"Mau diterkam?"

Iyok mengipasi udara yang tercemar asap rokok dari Fano. "Di kosan anak-anak gak pake?"

Fano angguk lagi. Menikmati sekali ekspresi terganggu Iyok akan kepulan asap yang ia keluarkan.

"Kenapa?" tanya si muda.

"Gak ada kamu."

Iyok mendelik sebal. "Ih, kan sama aja."

Alis Fano terangkat tinggi-tinggi. "Apanya?"

"Sama-sama cowok." Jelas Iyok singkat.

"Ya beda dong."

"Bedanya?"

"Kamu kesayanganku. Bisa gawat kalau lepas kontrol."

"Halah ngeles." Lalu lidahnya berdecak sebal.

Fano jawil hidung Iyok dan keduanya tertawa.
"Gak ngeles. Fakta, Mbul."

"Mas Julio juga bilang, kamu itu ngeselin. Sebenernya gak usah dikasih tau juga aku udah tau."

Fano hembusin asap rokok lagi. Biarin Iyok ngoceh apapun. Senang lihat si muda bercerita dengan antusias.

"Kamu ngeselin, posesif, masa bodo tapi perhatian."

Fano bungkam. Mengalihkan pandangan dari caramel yang berkilat ingin tahu. Rokok pertamanya hari ini habis. Sisa hari masih delapan belas jam sampai waktu tengah malam dan Fano malas mengajukan iming-iming agar ia mendapat tambahan tembakau dari Iyok. Maka setelah yang pertama luput dalam asbak, Fano menaruh seluruh atensi pada Iyok yang sekarang menopang dagu sambil tersenyum.

"Mas Julio bilang kamu suka sama aku. Iya?"

Terlanjur basah, mending nyebur sekalian. "Selama ini kurang jelas?"

Iyok menggeleng.

"Mau dikasih kejelasan tapi nanti, setelah urusanku sama Laura selesai. Satu-satu ya, Mbul."

Tangan Fano terulur di pipi Iyok. Merasakan tekstur lembut dan kenyal di sana.

"Sejak kapan?"

"Hm?"

"Sejak kapan suka aku?"

"Sejak kamu cium aku di pipi."

"Fanooo.. Itu udah lama. Tahun lalu kali."

"Dan sampai sekarang masih sama. Masih sayang kamu. Gak berubah sedikitpun. Lagian masih baru kok."

"Bercandanya gak boleh gitu."

"Ngapain kalau sayang pake bercanda? Mending di seriusin."

Iyok murung sampai menunduk. "Banyak yang gak aku tau dari kamu ternyata."

"Sekarang kamu tau."

"Kan diceritain barusan. Kamu kenapa gak mau bilang ke aku?"

"Kita masih banyak waktu."

"Waktu gak bisa diprediksi, Fano. Sekarang aja kamu sama aku, besok?"

"Besok kamu jadi pacar aku."

"Ih, ngeselin."

"Yok, masih banyak waktu. Kita bisa jalan pelan-pelan." Senyum lihat Iyok yang mengerjap untuk mengerti arah pembicaraan. "Pelan-pelan kita saling terbuka buat hubungan yang baru. Aku mau kenal kamu bukan sebagai sahabat lagi. Mau lebih."

Iyok menunduk lalu mendongak kala telapak tangannya diusap ibu jari Fano dengan gerakan memutar yang lembut.

"Pertemanan kita dari SMA buat saling cerita kan cuma sebatas keseharian. Mulai sekarang, aku mau tau hal terdalam dari hidup kamu. Makanya pelan-pelan aja, supaya nanti ada cerita setiap hari buat dibahas sama-sama."

Perkataan Fano sial sekali manisnya. Wajah Iyok memerah sejak tadi dan sejak tadi pula Fano menahan untuk tidak mengecup permukaan muka Iyok.

END

23 Januari 2020

[A/N]
Syarat sidang 70% selesai, tinggal ngerjain skripsinya aja yang gak jelas -__-#

Gawat, bos, rindu banget..

Cemilan | FaYok vers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang