Persetan,
Pagi sekali Fano sudah pergi tanpa pamit atau sekadar membalas ucapan selamat pagi dari mama yang sedang mengolesi roti dengan selai. Fano memakai sepatu lalu menyalakan mobil dan sesegera mungkin meninggalkan rumah. Tujuannya satu; Iyok.
Mengetuk stir dan pandangan bergerak liar mengawasi pengendara motor yang terlalu mepet dengan mobilnya. Perjalan yang biasanya hanya memakan waktu setengah atau empat puluh lima menit, sekarang ia tempuh sampai satu jam sebab macet karena ada galian kabel.
Sebelum tiba di rumah manisnya, Fano mampir ke swalayan membeli strawberry. Asal saja idenya untuk membawa buah tangan.
Tanpa memberi tahu Iyok, Fano memarkirkan mobil di luar pagar. Obsidiannya langsung merekam mama Sandra yang sedang menyirami bunga.
"Fano." Senyum merekah bak kelopak mawar jadi kesukaannya, senyum yang diwarisi ke Iyok.
"Pagi, ma." Fano mencium punggung tangan mama pacarnya
Eh, udah pacaran loh.
"Pagi banget. Iyok belom bangun, mama juga belom buat sarapan." mama Sandra mengelus lengan atas Fano.
Senyum kotak jadi balasan. "Sengaja dateng pagi buat ngerusuhin Iyok. Oh iya, aku bawa strawberry. Random aja tadi belinya, hehehe."
Mama Sandra berdecak tak enak. "Ga bawa apa-apa juga oke kok. Repot segala kamunya. Yaudah sana masuk, bangunin manismu. Mama mau buat sarapan dulu."
Fano terhenyak. Ia baru sadar kalau mama Sandra sering sekali mengakui Iyok sebagai manisnya Fano.
"Ma." Fano menahan pergelangan tangan mama Sandra. Manik mereka bertemu.
"Kenapa, Fano?"
Dengan gugup, si jelaga menjilati bibir bawahnya yang terass kering. Tenggorokan tercekat padahal kata yang ingin keluar belum diutarakan. "Mama, baik?"
Angguk pelan jadi jawaban.
"Maksudku, mama.." Fano menatap telak di bola mata sehangat susu cokelat di binar mama Sandra. "Mama tau panggilanku buat Iyok dan ga masalah sama itu?" tanyanya pelan.
Senyum pasrah tercetak. "Buat apa dijadiin masalah? Itu urusan kalian. Mama bisa aja larang, tapi apa itu buat kalian berenti?"
Fano menggigil. "Jadi?"
"Mama tunggu di meja makan nanti. Ada papa, mas, sama mbak ikut juga. Kalian kuat-kuat, ya."
Meniti tangga menuju kamar Iyok, Fano semakin tak karuan degup jantungnya. Ini lebih patah dari yang ia perkirakan. Meleset, jauh.
Membuka pintu dan didapati kamar temaram dengan bias matahari malu-malu mengintip dari balik gorden. Ac terlampau dingin dengan gundukan besar di tengah kasur jadi pusat perhatiannya sekarang.
"Yok." Fano duduk di pinggir kasur. Telapak tangan lebarnya mengusap punggung Iyok yang melengkung. Posisi janin, lutut tertekuk sampai bertemu dagu. Fano terkekeh pelan. "Bangun, mbul."
Guncang konstan yang dilakukan berkali-kali itu membuahkan hasil. Iyok meluruskan kaki dengan tangan terbuka; posisi bintang laut. Fano menahan gemas dengan mengigit bibir bawahnya saja.
"Bangun, sayang." bisik rendah ternyata ampuh membuka mata Iyok. Lelaki yang lebih muda dua tahun dari Fano itu lantas mengerjap pelan. "Selamat pagi, manisku."
Bajingan sekali mulut manis Fano dan suara berat itu. Iyok baru bangun saja sudah dibuat tersipu bak anak perawan.
"Umm.." Iyok mengumam. "Pagi, Fano."katanya sambil merenggangkan otot. Duduk lalu membiasakan matanya menerima sinar yang masuk, Iyok memajukan bibirnya. "Minum tolong." ucap lirih itu disertai telunjuk mengarah pada gelas air di dekat Fano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cemilan | FaYok vers ✔
Humor2019, Cerita singkat dua anak adam yang ngakunya sahabat tapi saling kode ambigu. *debut story; 16/10/2019 on Stupid F *debut work; 23/10/2019 *graduation; 02/05/2020 _______________ story; kejukopi original cover; tumblr design cover; kejukopi