mama

761 86 25
                                    

"Adek? Dari mana aja? Kok baru pulang." Mama Iyok terkejut melihat anaknya yang baru masuk rumah lewat jam malam.

Iyok juga sama kagetnya. Lampu ruang tamu mati dan ia tidak terlalu fokus melihat sekitar, difikir hanya ia saja yang masih terjaga. "Buat konten sama Fano, Ma."

"Kan udah dibilang, kalau kemaleman mending ikut nginep aja sama Fano atau Fanonya bawa sini."

Iyok menghampiri sang ibu dan mengambil posisi duduk di sebelahnya. "Kasian Fano kalau tidur di sini mulu. Biarin aja dia pulang."

Mama mengelus kepala anak bungsu yang sudah semakin dewasa.

Teringat jelas, Iyok dulu sangat egois dan cengeng karena ia anak terakhir. Segala keinginan harus dituruti. Sekarang, setelah melewati usia dua puluh, si anak yang manja sudah berubah menjadi laki-laki ceria dengan kepekaan sosial yang besar.

"Emang kenapa kalau Fano di sini terus?" Mama memancing obrolan lanjut, mereka jarang ngobrol banyak karena sama-sama sibuk.

"Fano kan punya rumah sendiri. Mamanya juga pasti kangen pengen ngobrol sama Fano, kayak kita gini."

Mama tersenyum. Iyoknya sudah besar. "Emang adek gak kangen sama Fano kalau jarang ketemu?"

Iyok menggeleng mantap. "Tiap hari ketemu, mana bisa kangen?"

"Oh jadi kalau gak ketemu tiap hari bisa kangen?"

Iyok memeluk pinggang mama dan kepalanya disenderkan ke bahu ibunda tercinta. "Ih gak gitu konsepnya, Mama."

"Terus gimana? Mama gak ngerti, Dek."

Iyok tidak bersuara. Mama gemas ketika ia merasa kain di bagian pinggangnya Iyok remas. Menyalurkan perasaan yang entah apa Iyok rasakan.

"Tidur gih, udah malem. Besok biar ketemu Fanonya semangat, terus bikin konten yang bagus buat Kifme."

Iyok mendongak. "Besok libur dulu. Fano flu."

"Kok bisa?"

"Gak tau."

Mama berfikir sejenak. "Mama tadi buat kue, besok adek mau ke rumah Fano buat bagi kuenya? Kalau disimpen kelamaan bisa jamuran."

"Mama gak mau ikut jenguk?"

Mama mengelus kepala Iyok. "Adek aja. Titip salam buat Fano."

Iyok mengangguk.

"Kamu jangan lama-lama mainnya di sana, nanti ketularan."

"Hehe.. Gak janji."

Tidak tahan, mama mencubit pipi Iyok. "Tidur sekarang kalau gitu biar waktu istirahatnya 8 jam."

Iyok berdiri lalu mengecup kepala mama. "Iya mama sayang."

Setelah Iyok berlalu, sang mama menghela napas.

"Jadi.. Fano, ya?" gumam itu pelan sampai mama sendiri ragu mendengar suaranya.

END

08 Januari 2020

Cemilan | FaYok vers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang