pillow talk

864 84 39
                                    

Malam semakin larut. Fano dan Iyok sudah rebahan di kasur. Satu selimut, lampu temaram, suhu AC sedang, dan keduanya menatap palfon.

"Seharian gak ketemu, kamu ngapain aja?" Fano membuka obrolan. Sedari tadi Iyok diam dengan pandangan kosong dan napas teratur.

"Aku cuma di rumah; tidur, makan, napas, tidur lagi terus sekarang di sini tidur lagi."

Fano menelusupkan tangan di belakang leher Iyok, membawa yang muda untuk masuk ke pelukan.

Iyok menyamankan diri. Enggan kejadian saat ia bangun kepalanya kaku seperti beberapa hari lalu terulang.

"Emang gak jalan?"

Iyok menggeleng. Menghidu citrus segar dari badan Fano. "Gak ada temen. Males kalau sendirian."

Fano terkekeh. Iyok merasa serbuan mint masuk ke hidungnya setiap kali Fano membuka mulut.

"Makan cukup? Kata mbak Bilqis kamu tidur terus sampe gak keluar kamar."

"Aku cuma makan cemilan doang. Males makan masakan mbak. Asin banget kayak nabur garam selautan."

Fano tertawa. Dadanya bergoyang dan itu menular pada kepala Iyok yang bersandar di sana. Degup jantung Fano konstan, Iyok nyaris terlelap jika suara berat tidak masuk ke telinganya tiba-tiba.

"Kamu jangan kebanyakan tidur. Nanti gak sadar kalau udah ganti hari."

Iyok mendongak. "Gak apa ganti hari, asal jangan ganti hati."

Usapan lembut di kepala Iyok membuatnya semakin dilanda kantuk.

"Mau tidur sekarang, Mbul?" Fano menunduk. Mempertemukan bola mata mereka yang berbeda warna.

"Kamu udah ngantuk?"

Fano menggeleng. "Mata kamu merah terus berair. Ngantuk sekali ya?" Fano mengusap air yang membasahi bulu mata Iyok dengan telunjuk.

"Enggak. Ayo ngobrol lagi."

Fano mendekap Iyok. Menjadikannya seperti guling. Mengelus punggung lalu mengendus aroma sampo milik Iyok; Fano merasa penuh.

"Tidur aja. Besok lanjutin lagi."

Iyok mendorong dada Fano lalu mendongak. "Gak mau. Aku belum tau kabar kamu hari ini."

"Aku?" Fano menunjuk dirinya. "Aku ngegame terus mandi terus ngerokok, udah."

Mereka jika dengan libur syuting memilih untuk saling menjeda pertemuan di luar agenda. Kalau kata Fano sih "ngasih jarak buat rindu.", tapi kenyataannya kalau sudah malam entah Iyok atau Fano mereka akan saling berkunjung dengan banyak dalih.

"Yok." Fano memanggil. Napas Iyok hangat menerpa dadanya.

Fano menunduk. Iyok sudah tidur. Lucu sekali.

Memandangi penuh damba. Wajah Iyok bersinar karena ia berkulit putih. Ranum Iyok berkilau merah dengan belah pada bagian bawah, indah. Bulu mata dengan jarak jarang-jarang pendek namun bagus semakin membuat Fano jatuh pada pesona lelaki bawel ini.

"Selamat tidur." Bisik Fano dan ditutup dengan kecupan dalam berhasrat sayang pada dahi Iyok.

Mereka berbagi hangat lewat pelukan dan rasa memiliki meski tanpa ikatan. Berakhir dengan hati yang tersesat meski tahu bahwa jatuhnya pada rasa yang tepat.

END

07 Januari 2020

[A/N]
Selamat malam dan selamat istirahat semua.
Terima kasih atas kerja kerasnya hari ini.
I Pink U 💖
*Cemilan part 110..

Cemilan | FaYok vers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang