Cemilan | FaYok vers ✔

egois

Jika egois sekali saja diizinkan. Bolehkah Fano mengunci Iyok di kamarnya sekarang? Hanya untuknya?

Kejadian yang membuat kesal di ujung batas sabar Fano adalah ketika mereka baru pulang syuting pukul dua siang.

Fano membawa Iyok mampir ke rumahnya untuk sekadar mengajak Iyok mencicipi kue kering buatan mama. Namun yang terjadi di luar ekspektasi Fano.

Rumah penuh dengan saudara dari papa yang datang berkunjung tanpa diundang. Ketika pintu rumah Fano buka, semua mata tertuju pada Fano dan Iyok yang sempat mematung sepersekian detik sambil mencerna situasi di depan pintu.

"Itu siapa? Lucu banget." Suara perempuan seusia mama menunjuk Iyok. Fano dikacangi.

"Iyok namanya. Temen Fano." Kenal mama lalu mengajak kedua anak adam itu bergabung.

Iyok duduk di single sofa, sedangkan Fano diapit mama dan papa.

Berkali-kali Fano membuat alasan untuk segera pergi dengan cara halus, namun insting peka mama sepertinya mengendur.

Iyok gelisah dalam duduknya, istri dari adik-adik papa mencubit pipi Iyok dan berkali-kali menyuapi kue bolu atau brownies yang tersaji.

Mata Fano berkilat marah. Total tidak suka jika yang ia incar disentuh orang.

"Ma, aku sama Iyok capek abis kerja. Boleh izin mau istirahat di kamar?" suara berat Fano menarik atensi tante-tante yang mengerubungi Iyok layaknya semut melihat gula.

"Yaudah tidur sana. Nanti kalau laper bisa panasin makanan yang mama masukin ke kulkas, ya." Mama mengelus kepala Fano lalu Iyok secara bergantian.

Setelah memasuki teritori milik Fano, Iyok langsung menghempaskan tubuhnya ke kasur. Memeluk guling aroma jeruk serta menyangga kepala dengan bantal aroma menthol, Iyok hampir terlelap tidur jika gumam Fano tidak menyentak Iyok kembali pada kesadaran.

"Harusnya kamu gak boleh sebaik itu. Dasar Iyok. Bikin repot hati aja sih." Fano bicara menghadapi jendela, namun bisik itu nakal masuk ke telinga Iyok.

Reaksi atas tindakan Fano itu hanya Iyok realisasikan dengan mengulum senyum.

END

02 Januari 2020