bacot

1K 139 31
                                    

Iyok itu kalau sudah kesal, kecepatan ngocehnya bisa ngalahin rapper manapun. Kata yang keluar bisa disensor habis-habisan dengan piip piip yang panjang.

"Kan udah dibilang jangan lebih dari dua batang, Fano. Ngerti ora sih koe?" Iyok mendengus.

Mereka buat kesepakatan. Demi umur Fano yang berlangsung lama, maka batas toleransi rokok hanya dua batang sehari. Jika melanggar maka kuping Fano bersiap menerima sanksi berupa ocehan sepanjang jalan kenangan bersama Iyok.

"Iya maaf. Aku wes lali." Fano fokus menyetir.

"Maaf terus aja sampe aku ga takut sama hantu lagi."

Fano terkekeh ringan. Jalanan macet dan omelan Iyok bukan kombinasi yang bagus untuk didengar.

"Aku ini ga ngerti yo. Kenapa bisa banyak-banyak sih kamu ngerokok? Aku aja cuma pas pusing doang. Kurangin dong, No. Sayangin badanmu. Kalau sampe sakit siapa yang repot?"

"Siapa?" tanya Fano dengan nada jahil. Senyum dikulum terlukis di bibirnya.

"Ya mamamu lah, bajingan." Iyok ikut menatap jalan. "Besok ga boleh ngerokok. Aku ga mau main sama kamu kalau ada bau tembakau di jaket ya. Awas aja." Ancam Iyok.

"Ojo toh, Yok. Mulutku asem kalau ga ngerokok." Fano mencoba bernegosiasi.

"Aku kasih permen biar ga asem."

"Permen apa?"

"Kiss."

Fano berfikir. Iyok mendadak takut dengan pikiran yang sedang berdebat di otak sang sahabat.

"Dari pada permen. Aku lebih suka langsung dari kamu." Jawaban Fano membuat Iyok berfikir.

"Maksudmu piye, ndes?"

"Kiss. Bukan merk permen, tapi kiss langsung dari kamu. Deal ga pake nego." Fano menatap lekat pemuda yang duduk di kursi penumpang sebelahnya.

"Asu!" bentakan disertai geram kekesalan memenuhi isi mobil sampai mereka di rumah.

END

⌨ 17 Nopember 2019

Cemilan | FaYok vers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang