ketiduran

745 72 35
                                    

Iyok tahu, bahkan terlampau mengerti kesibukan Fano akhir-akhir ini.

Enam bulan dihabiskan Fano untuk mempersiapkan bisnis baru yang akan ia kelola, dibarengi dengan hadir dalam seminar lalu buat konten di Youtube, nyatanya buat Fano di mata Iyok saat ini sangat hebat.

"Istirahat, Fano." Iyok menarik Fano mendekat. Duduk bersebelahan di sofa tanpa minat membuat obrolan. Paham jika Fano butuh tidur.

Si manik arang mengangguk lalu menjatuhkan kepala di paha Iyok. Mencari posisi enak sebelum mengarungi mimpi.

"Laper?" tanya Fano ketika mendengar bunyi perut Iyok.

Terkikik geli. Mau bohong juga tidak bisa, Fano jelas sekali tahu.

"Ayo cari makan." Fano bangkit. Meraih kunci mobil dan dompet di atas meja, berjalan mendahului Iyok yang mengekor.

"Tapi kamu belum tidur dua hari, No." suara Iyok bagai angin lalu, pelan dan lembut.

Menoleh, mendapati lelaki yang sudah menemani lebih dari tujuh pergantian tahun yang berdiri sambil meremas ujung sweater.

"Abis makan tidur, biar nyenyak. Kamu juga harus. Pengen dipeluk lama soalnya."

Sialan sekali mulut dan sikap gamblang Fano, Iyok mengulum senyum di posisinya.

Mereka sampai di restoran fast food. Fano menyerahkan dompet pada Iyok agar lelaki itu yang memesan sedangkan ia mencari kursi.

"Samain aja kayak kamu." Pesan Fano sebelum mereka berpisah.

Antrian cukup panjang, mungkin karena malam minggu jadi banyak yang datang hanya untuk kencan low budget, mengerjakan tugas atau duduk sendiri menghabiskan malam.

Lama, Iyok berdiri cukup lama sampai ia bosan sendiri. Matanya mengamati sekitar untuk mengalihkan pikiran jenuh.

Setelah mendapatkan makanan yang dimau, Iyok mencari Fano. Lehernya memanjang serta mata memicing guna mendapatkan eksistensi sahabatnya itu.

Terkekeh dengan kedua tangan membawa nampan, Iyok jalan menghampiri Fano.

"Ngantuk banget ya, No?" bisiknya.

Iya, yang menjadi bahan tertawaan sedang tertidur dengan tangan menjadi bantal.

Mengelus rambut sewarna jelaga, Iyok ragu untuk membangunkan Fano

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mengelus rambut sewarna jelaga, Iyok ragu untuk membangunkan Fano.

"Eh?" Kepala Fano terangkat, jelas sekali terkejut mendapati di depan matanya ada pipi besar memenuhi pandangan.

"Kebangun, ya?"

Fano menggeleng. Kedua tangan menggenggam tangan Iyok, rasanya pas. Hatinya bahagia.

"Makan sekarang?" Iyok gugup. Matanya awas melirik pengunjung lain, takut-takut mereka ditimpuk gelas plastik.

"Iyok." Nada Fano ringan. Iyok mendongak. Pandangan mata mereka bertemu.

"Terima kasih usapan tadi. Nyaman."

Iyok buru-buru menunduk. Membiarkan tawa renyah Fano mengambil alih kewarasan serta kesadarannya. Yang jelas, Iyok ikut bahagia sudah menjadi penyumbang tawa bagi lelaki yang seenaknya membombardir hati serta pikirannya.

Gawat, Iyok jatuh.

END


9 Februari 2020

[A/N]
Um, hay?

Cemilan | FaYok vers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang