bahagia

699 75 4
                                    

Iyok sudah tiga hari di rumah Fano. Jadwal manggung yang padat serta project lain menjadikannya malas pulang karena Fano pasti akan menjemput dirinya dan itu boros waktu.

Masuk rumah setelah makan siang bersama Fano, Iyok membuka pintu. Fano meninggalkannya di depan gerbang setelah salam pisah buat nabung sehari saja.

Iya, nabung rindu yang sialnya Fano pasti kalah.

"Dikirain udah lupa punya rumah." Iyok berjengit kaget. Suara mama dari belakang pintu mengejutkannya.

"Mama. Kaget aku. Jantungan ini." Iyok mengelus dada.

"Berapa hari gak pulang? Punya rumah lain?" nada mama tidak enak didengar.

Iyok meletakkan tas berisi baju dan paper bag kue hasil ngerampok dompet Fano. "Bukan gitu. Repot pulang-pergi. Selesai kerjaan malem terus. Lagian aku chat mama cuma diread. Kalau gak suka aku pulang malem 'kan bisa ngomong. Aku pasti nurut sama Mama."

Melangkah mendekat, mama menyentuh pundak Iyok. Tinggi anaknya melebihi dirinya. "Jahat kalau mama bilang gak boleh padahal kamu kerja."

"Nah itu tau aku kerja, gak main-main apalagi aneh-aneh kok."

Mama mengerti. "Iya tau, cuma kangen sama anak laki-laki Mama ini, salah?"

Iyok tersenyum. "Enggak. Sini peluk."

Satu menit berpelukan, mama memandang sendu Iyok. "Adek bahagia?"

Jelas Iyok mengangguk serta lengkung indah tertarik di bibirnya.

"Syukur deh. Mama kira karena Adek kerja mulu jadinya capek terus jenuh."

"Capek sih pasti, cuma seneng aja pas hasil akhirnya selesai. Rasa capeknya ke ganti jadi seneng, Ma."

Mata sendu serta senyum lirih itu masih terpampang di wajah mama. Iyok tahu ada yang ditutupi, tetapi ia enggan mengorek jauh jika mama masih belum mau bicara. Biarlah perlahan terkuak sampai Iyok siap menerimanya.

END

11 Januari 2020

Cemilan | FaYok vers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang